SUKABUMI – Ada pola yang berbeda yang dilakukan pondok pesantren Darul Haqmal, sebuah lembaga yang berlokasi di kampung Kiarapayung, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, kabupaten Sukabumi ini membuka terapi khusus untuk mengatasi kecanduan judi online. Sebagaimana dilansir dari Radar Jabar, Terapi ini diprakarsai oleh pimpinan pondok pesantren yakni KH Asep Saprudin, dimana sebelumnya selama ini pesantren tersebut sudah menjadi melaksanakan terapi bagi orang-orang yang membutuhkan terutama yang hidup dijalanan, tidak hanya itu bagi orang atau masyarakat lain baik untuk masalah sosial, seperti narkoba, hingga korban judi dan pinjaman online yang saat ini merebak.
Menurut KH Asep, kasus kecanduan judi online di Indonesia memang semakin merajalela, meski sudah dilarang pemerintah. “Kami tidak hanya membantu dari segi rohani, tetapi juga mencoba menyelesaikan akar masalah. Terapi kami dilakukan dengan pendekatan psikologi, olahraga, dan terapi bermain bagi mereka agar melepaskan kebiasaan buruknya,” ujar KH Asep.
Bagi para peserta atau santri yang ingin mengikuti terapi di pondok pesantren Darul Haqmal, kata KH Asep, tidak diperkenankan membawa handphone dalam beberapa waktu selama menjalani terapi agar dapat memutus mata rantai kebiasaan buruk. Para peserta juga diberikan pemahaman ilmiah tentang permainan judi online dan dampak negatifnya, yang kemudian setelah pemahaman terserap oleh peserta, barulah dilakukan terapi secara rohani.
Selain terapi rohani, pondok pesantren juga memberikan pelatihan keterampilan untuk meningkatkan kesempatan peserta dalam bidang bisnis, seperti pelatihan pengolahan hasil tangkap ikan dan pengolahan lahan produktif lainnya. “Pengalaman kami disini dari sudah ada yang tercepat itu 42 hari bisa sembuh, alhamdulillah dari beberapa kasus yang pernah ada disini ada yang 47 ada yang 60 hari, ada yang 3 bulan, ada yang setahun, setahun setengah, bahkan ada yang cukup lama hadir disini, itu sudah hampir 3 tahun disini,” jelasnya.
“Tidak hanya itu kami juga mencoba memberikan ruang, karena rata rata korban itu secara finansial terkuras habis, nah kami disini juga memberi pehaman bahwa untuk ketahanan finansialnya kita juga didik supaya mereka punya skil, kami punya coalstorate, kami punya pengolahan hasil tangkap ikan, bahkan kita juga punya lahan produktif lainnya,” imbuhnya.
KH Asep Saprudin menambahkan, korban kecanduan judi online rentan mengalami masalah psikologis dan rohani, bahkan bisa mengalami depresi, stres, dan bahkan bunuh diri. Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat untuk lebih sadar betapa bahayanya kecanduan judi online dan berhati-hati dalam menggunakan internet.
“Sepengalaman kami itu justru kebanyakan dari kalangan orang orang berada, ada yang kasusnya sampai ratusan juta bahkan miliaran itu bukan berarti bukan orang miskin, tetapi setelah masuk disitu benar benar pailit benar benar jatuh miskin,” terangnya. “Bahkan di kalangan orang oramg berpendidikan, bernagai profesi tidak hanya pengangguran ternyata sebagai pejabat, perawat, ahli dibidang macam macam, bahkan ada yang bekerja diperusahaan memiliki jabatan tinggi terpersosok disistu (judi online) ada kasus yang pernah masuk ke pensatren kami dari kalangan orang miskin itu mungkin paling 30 persen,” sambungnya.
Lanjut KH Asep Saprudin, untuk mendaftar ke program terapi pengobatan kecanduan judi online, peserta tidak dikenakan biaya. Pondok pesantren berusaha membantu masyarakat untuk memerangi kecanduan judi online secara gratis. Mereka yang tertarik dengan program ini dapat menghubungi Pondok Pesantren Darul Haqmal di Palabuhanratu, Sukabumi. “Untuk masalah biaya kami tidak pernah memungut biaya, tetapi kalaupun dari pihak keluarga atau siapa saja yang bersangkutan mau menyisihkan ke pesantren kami tidak pernah menolak, tapi kami tidak pernah meminta,” tandasnya. []
Putri Aulia Maharani