Protes Pungli Sekolah, Emak-emak Samarinda Ancam Kirim “Kuyang” ke Presiden Jokowi Jika Tidak Ada Tindak Lanjut

Protes Pungli Sekolah, Emak-emak Samarinda Ancam Kirim “Kuyang” ke Presiden Jokowi Jika Tidak Ada Tindak Lanjut

SAMARINDA – Puluhan emak-emak berdaster kembali melakukan aksi demo protes dugaan pungutan liar sejumlah SD dan SMP Negeri di Samarinda, Kalimantan Timur Kamis (1/8/2024). Sebagaiama dilansir dari TribunKaltara, kali ini emak-emak peduli pendidikan ini menggeruduk Balaikota Samarinda.

Aksi kali ini mereka menggelar terpal di depan pintu masuk Balaikota Samarinda, Jalan Kesuma Bangsa mulai pukul 10.00 Wita. Mereka membawa puluhan buku paket edisi lama yang dikatakan akan disumbangkan kepada Pemerintah Kota Samarinda. “Mungkin pemerintah tidak mampu. Banyak sekolah negeri yang bilang buku paket tidak cukup untuk semua murid, makanya kami sumbangkan buku,” kata Sumi (35), perwakilan orangtua murid dari Samarinda Seberang.

Mereka pun membawa data dan bukti yang akan disodorkan ke Pemkot Samarinda terkait dugaan pungli yang dilakukan sejumlah SD dan SMP Negeri di Kota Tepian ini. Koordinator Aksi, Nina Iskandar menduga oknum pendidik di satuan sekolah dalam melaksanakan aktifitas pungli tersebut sudah terstruktur, sistematis dan masif.

Apalagi setelah aksi yang digelar di Kantor Gubernur Kaltim pada Kamis (24/7) lalu, para wali murid mendapat ancaman serius. “Ada yang diancam anaknya tidak naik kelas. Mereka juga ada yang mengatakan bahwa aksi tersebut tidak membuahkan hasil, justru membuat para ibu-ibu ini capek,” kata Nina. Diakui Nina, bahwa Kepala Disdikbud Samarinda, Asli Nuryadin sudah mengindahkan tuntutan mereka dengan mengiriman surat edaran dan teguran kepada oknum di sekolah.

Namun, menurutnya dana Bosda telah disalahgunakan sehingga setiap anak masih wajib membeli buku paket, Lembar Kerja Siswa (LKS), seragam, uang bangku hingga iuran sekolah. “Kami ingin kepala sekolah dan tenaga pendidik yang terlibat dipecat. Kami juga sudah sebarkan edaran dari Kadisdik, tapi hal tersebut diabaikan. Untuk pemerintah jangan takut kehilangan tenaga pendidik, karena kami yakin masih banyak tenaga pendidik yang profesional, segar, dan lebih baik,” tegas Nina dalam orasinya.

Hingga pukul 16.30 Wita atau kurang lebih 7 jam, belasan emak-emak berdaster yang bertahan dalam aksi demo di Balai Kota Samarinda, terlihat mulai bersikap lebih santai. Mereka masih bersabar menunggu kedatangan Wali Kota Samarinda Andi Harun yang sedang berkegiatan lain sejak pukul 10.00 Wita.

Bahkan mereka sempat membuat rujak buah hingga tertidur di atas terpal yang mereka gelar. Namun ketenangan itu berubah tegang saat Asisten I Pemkot Samarinda, Ridwan Tasa keluar dan menanyakan alasan para ibu ini tak kunjung membubarkan diri. “Berarti aksi kalian tidak murni, ditunggangi (kepentingan),” ucap Ridwan Tasa dengan nada tinggi.

Narasi Asisten I Pemkot Samarinda itupun menyulut emosi para simpatisan yang hadir. Sempat terjadi perdebatan panjang hingga membuat sejumlah ibu yang hadir berteriak menyampaikan keluhan mereka sembari menangis.

“Siapa yang menunggangi kami? Kalau ada yang peduli dengan kami, kami tidak akan ada di sini meninggalkan kewajiban sebagai ibu dan istri,” teriak mereka. “Empat anak saya jalan kaki pulang sekolah pak karena saya ikut aksi. Saya ikut aksi karena saya miskin pak. Saya tidak sanggup membelikan anak saya buku. Tega-teganya Bapak bilang kami digerakkan orang,” teriak salah satu ibu sambil terisak.

Pascaperdebatan itu Ridwan Tasa kembali ke ruangan meninggalkan para demonstran yang semakin meradang. “Kami tidak terima dikatakan ditunggangi kepentingan. Kami ada di sini karena banyak anak-anak kami dapat intimidasi dan di-bully di sekolah cuma karena tidak bisa membeli buku yang seharusnya gratis dari dana Bos,” teriak Korlap Aksi, Nina.

Sejumlah personel Satpol PP serta TNI Polri yang hadir pun siaga memastikan tidak ada tindakan di luar batas dari massa aksi. Lima menit berselang Ridwan Tasa kembali ke tengah massa. Ia sempat tertegun beberapa waktu tanpa kata-kata. Hingga akhirnya ia bersuara dan meminta maaf atas kata-kata yang diyakini telah meyakiti para ibu yang hadir.

Ia mengatakan kata-kata itu merupakan spontanitas sebagai ekspresi betapa ia memahami perasaan para orangtua yang ingin memberikan pendidikan terbaik kepada anak namun tidak mampu. “Saya juga berasal dari keluarga miskin. Saya dulu harus sekolah gratis karena orangtua saya tidak mampu.

Saya paham betul perasaan ibu-ibu sekalian. Saya minta maaf,” ucapnya dengan penuh sungguh. Di luar permasalahan ini, Ridwan Tasa kembali menegaskan bahwa keluhan dan tuntutan yang disampaikan akan dintindaklanjuti dengan serius.

Bahkan dalam negoisasi awal Ridwan Tasa telah mengatakan telah melakukan rapat ulang untuk membuat tim khusus guna menangani permasalahan tersebut. “Tentu perkara ini tidak akan terungkap apabila ibu-ibu ini tidak datang. Jadi informasi mereka sangatlah penting dan kami sudah bentuk tim untuk itu,” ucapnya.

Berniat Temui Jokowi ke IKN

Selama 7 jam melakukan aksi dan mengklaim belum mendapatkan jawaban atas keresahan mereka, puluhan emak-emak berdaster meyakinkan diri akan ke berdemo jilid III di Ibu Kota Nusantara ( IKN ). Mereka ingin menemui Presiden Jokowi berserta Menteri terkait membawa keresahan akan adanya dugaan pungli di SD dan SMP Negeri di Kalimantan Timur ini.

Untuk diketahui, para emak-emak ini mengeluhkan mahalnya seragam, biaya pembangunan dan sejumlah buku yang wajib dibeli anak-anak mereka. Padahal sepengetahuan mereka pemerintah telah menyalurkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk memastikan ketersediaan buku dalam proses ajar mengajar.

Mereka kembali mempertanyakan maksud dari sekolah gratis dan transparansi penyaluran dana Bosda dan Bosnas. Korlap Aksi Nina, menegaskan mereka akan bergerak ke IKN apabila satu minggu ke depan belum mendapatkan jawaban pasti akan keluhan yang mereka sampaikan.

“Tanggal 10 Agustus kami akan ke IKN kalau tidak ada jawaban. Kami demo pakai daster di depan Presiden Jokowi,” tegasnya. “Kami tidak takut mau diadang atau bagaimana. Kami punya kuyang (makhluk mitos di Kalimantan). Kami kirimkan kuyang ke Presiden dan Menteri Pendidikan. Mau apa?” katanya dengan sungguh.

Nina menegaskan puluhan emak-emak yang hadir menjadi perwakilan suara ibu-ibu dari seluruh Kabupaten Kota se-Kalimantan Timur. Akhirnya, hingga Pukul 17.10 Wita, dibantu mobil operasional Satpol PP Samarinda belasan ibu-ibu ini akhirnya bergeser ke Taman Samarenda dan melanjutkan orasi mereka di sana. []

Putri Aulia Maharani

Berita Daerah Breaking News