BALIKPAPAN – Antrean panjang di hampir setiap SPBU di Balikpapan dan Kalimantan Timur adalah pemandangan sehari-hari. Sebagaimana dilansir dari TribunKaltim, Ini tentu bukan sesuatu yang boleh dibilang wajar, sebab warga Kalimantan Timur tahu betul bahwa tanah kelahirannya adalah penghasil minyak.
Bahkan warga Balikpapan paham di kotanya berdiri kilang minyak dengan kapasitas produksi terbesar di Indonesia. Proyek RDMP yang sudah tuntas sukses membuat Kilang Balikpapan meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 360.000 bph (barel per hari) yang artinya melampaui produksi Kilang Cilacap yang sebelumnya merupakan kilang dengan kapasitas produksi terbesar di Indonesia.
Lahir dan hidup di daerah penghasil sekaligus pengolah minyak, namun dihadapkan pada kenyataan sulit memeroleh minyak, tentu sebuah kenyataan yang sulit diterima nalar. Barangkali, sikap protes atas situasi ini pernah lantang disuarakan. Jika saat ini kita semua diam bukan berarti itu adalah sikap menerima.
Diamnya Kalimantan Timur dalam situasi ini haruslah dimaknai bahwa kita sudah mengambil kesimpulan bahwa keadilan yang diamanatkan di sila kelima Pancasila adalah sesuatu yang mahal untuk Kalimantan Timur. Sayangnya sikap nerimo yang ditunjukkan oleh masyarakat Kalimantan Timur ini tidak membuat pemerintah pusat kemudian menjadi lebih perhatian ke Kaltim.
Tahu bahwa Kalimantan Timur masyarakatnya tak aneh-aneh, sikap tak adil lagi-lagi ditunjukkan pusat di dalam proyek IKN. Bayangkan, uang puluhan triliun digelontorkan untuk membangun gedung-gedung megah di IKN, namun tak sedikitpun pusat mengajak Kalimantan Timur untuk berakselerasi bersama.
Ketika dentuman dan debu proyek terus berirama di IKN, maka di luar itu Jakarta membiarkan Kalimantan Timur terbuai dengan harapan besar terhadap IKN. Sementara kita tahu, Kalimantan Timur masih memiliki banyak persoalan.
Sebut saja keberadaan Mahulu yang seolah dilupakan dengan tidak adanya akses darat, akses ke Kutai Barat atau Kutai Timur dari Samarinda yang masih selalu bermasalah, atau lagi-lagi antrean BBM di hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur dibiarkan tanpa solusi.
Kalimantan Timur sudah terlalu banyak memberi untuk negeri ini, mulai dari kayu yang dibabat habis sejak era Orde Baru, kemudian minyak, dan kini batu bara juga menjadi devisa andalan untuk membiayai keberlangsungan bangsa ini. Kita kembali ke soal yang paling sederhana dan sebenarnya sensitif, yaitu problem BBM.
Apa pun masalahnya, apa sih susahnya dan berapa sih anggaran yang diperuntukkan untuk menyelesaikan masalah ini. Menyelesaikan problematika BBM di Kalimantan Timur kiranya jauh lebih murah dibanding kebijakan BBM satu harga di Indonesia Timur pada 2017 lalu.
Tapi barangkali, menyelesaikan masalah ini di Kaltim tak dianggap seksi dan bisa menjadi jargon politik bagi kekuasaan. Diam begitu lama dengan ketidakadilan di bidang energi, beberapa waktu lalu rasa keadilan kita kembali terusik dengan kasus BBM eceran yang dicampur dengan air.
Usai video tersebut viral, ternyata sejumlah kesaksian muncul bahwa fenomena bensin eceran yang dicampur dengan air sudah muncul beberapa hari belakangan.
Kita paham, dalam kasus spesifik, di mana pengecernya juga adalah korban dari ulah nakal penyuplai BBM, namun menutup masalah ini dengan pernyataan bahwa kasus ini berakhir damai adalah sikap paling konyol yang kita tahu dari sebuah institusi kepolisian.
Kita semua kaget saat polisi menyebut bahwa kasus penjual BBM bercampur air dengan pembeli yang menjadi korban sudah berdamai disampaikan pihak kepolisian.
Selain pernyataan tersebut seolah menganggap kita semua bodoh, pernyataan tersebut jauh dari rasa empati dan juga kembali merobek rasa keadilan.
Bagaimana mungkin institusi kepolisian tega mengeluarkan pernyataan tersebut di tengah masyarakat yang sudah sejak lama menyimpan rindu atas rasa keadilan di bidang energi. Selain itu, mengakhiri polemik bensin bercampur air dengan menyatakan kasusnya berakhir damai juga seolah menunjukkan bahwa institusi kepolisian kita lemah.
Benarkah kita tak punya data-data intelijen tentang daftar pengepul BBM yang biasa mengambil di SPBU. Mengungkap jaringan pelaku pengoplos BBM dengan air yang terjadi di Jalan Indrakila beberapa waktu lalu, seharusnya bukan hal yang susah bagi institusi kepolisian kita saat ini.
Kita percaya, selain punya kapasitas, kewenangan sekaligus kemampuan, polisi kita mampu mengungkap kasus ini dengan tuntas. Bagi Kalimantan Timur yang sudah lama merindukan rasa keadilan, tentu sikap sensitif kepolisian dengan menuntaskan kasus kecil ini tentu akan berdampak sangat signifikan.Kita menunggu, dan kita percaya, polisi kita bisa menuntaskan kasus ini. []
Putri Aulia Maharani