Bocah Ini Menderita Lumpuh Selama 10 Tahun, Belum Pernah ke RS

Bocah Ini Menderita Lumpuh Selama 10 Tahun, Belum Pernah ke RS

Bocah Ini Menderita Lumpuh Selama 10 Tahun, Belum Pernah ke RSBALIKPAPAN – Intan duduk diam di ruang tengah, kediaman suami istri Sugeng dan Muinah, di Jl Taman Sari Satu, RT 27 Nomor 20, Kelurahan Graha Indah Kecamatan Balikpapan Utara, Provinsi Kalimantan Timur pada Selasa (26/5/2015).

Badannya kurus. Beratnya hanya 19 Kg. Kakinya terlipat seperti sedang bersila. Tiba-tiba, bocah perempuan berusia 12 tahun ini diangkat ibunya menuju kamar kecil. Intan tak bisa melakukan itu sendiri. Kakinya lumpuh dan tak bisa berjalan.

“Ya, jika ingin buang air besar dan buang air kecil, kami angkat dia ke WC. Intan memang tak bisa jalan, lumpuh di kedua kakinya, dan juga tangan kirinya sudah tak bisa digerakkan,” ujar ibunya, Muinah.
Kedua orangtuanya tak bisa berbuat banyak. Pengobatan yang super wah, dan bahkan merawat Intan ke rumah sakit pun tak bisa mereka berikan.

Sugeng hanyalah seorang tukang ojek dan pekerja servis jok mobil. Sementara, Muinah bekerja serabutan sebagai tukang cuci.

“Saya mau apa. Penghasilan saya hanya dari bantu-bantu usaha jok servis mobil. Bayaran sebagai tukang ojek juga tak mungkin bisa menutupi biaya berobat Intan. Untung saja, ibunya banyak membantu sebagai tukang cuci. Itu pun tak tentu. Kadang ada, tetapi kebanyakan tidak ada,” kata Sugeng kepada Wartawan.

Keinginan Sugeng dan Muinah amat besar untuk kesembuhan putrinya tersebut. Usia yang tak lagi muda, membuat mereka khawatir akan masa depan anak mereka.

“Umur saya sudah 59, Ibunya 40 tahun. Sekarang masih ada yang memandikan, mengganti baju, membawa Intan ke kamar kecil. Tetapi mau sampai kapan? Saya takut mas, bagaimana nanti anak-anak saya jika orangtuanya sudah tak ada,” ucap Sugeng terbata-bata.

Intan sudah lumpuh sekitar 10 tahun lamanya. Ketika berusia 2 tahun, dirinya mengalami panas tinggi. Orangtua membawanya ke Puskesmas. Tetapi kondisinya semakin parah. Pelan-pelan, Intan mengalami kelumpuhan.

“Matanya sampai terlihat merah seperti darah. Kami bawa ke puskesmas, dan dirujuk ke rumah sakit, tetapi tak ada biaya dan kami rawat di rumah saja. Kadang kami obati di pengobatan alternatif,” ucap Muinah.

Muinah juga menyebut bahwa Intan tak pernah dibawa ke dokter atau dirawat di rumah sakit. Hanya puskesmas tempatnya berobat. Bantuan dari orang-orang juga tak pernah ia terima.

“Kami mau minta bantuan ke siapa? Saudara juga sama, hidupnya susah. Pernah waktu itu dibantu oleh Pak RT, dibawakan dokter ke rumah. Dicatuk-catuk kakinya dengan palu. Dokternya bilang, refleksnya Intan masih ada. Tetapi ya sampai di situ saja. Kami tak pernah mendapatkan pengobatan intensif untuk dia,” kata Muinah.

Meski demikian, Sugeng tak berhenti berusaha. Dirinya tetap mengumpulkan uang untuk pengobatan Intan.

“Biar rasanya mustahil, saya tetap kumpulkan sedikit-sedikit. Meskipun sering uang saya habis untuk makan saja,” ucapnya.

Intan saat ini masih ada di rumahnya. Dirinya tak bisa bermain keluar seperti anak-anak seusianya. Sekolah pun tak ia kenyam. Hanya sepeda roda tiga di depan rumahlah temannya bermain.

“Dia senang sekali kalau main sepeda. Dia sering tertawa. Saya angkat jika dia ingin main. Kadang teman-temannya yang saya ajak biar main di rumah, temanin Intan,” ucap Muinah.

Sugeng dan Muinah kini sangat mengharapkan bantuan para donator untuk kesembuhan putri kecilnya itu. Tak muluk-muluk, mereka hanya ingin biaya pengobatan putrinya itu.

Jika Anda ingin membantu biaya pengobatan, dapat langsung menghubungi ibunda Intan, Muinah di nomor 085393448669. [] TBK

Serba-Serbi