Batu Bara Terpuruk, Harga Terendah Sejak 2021

Batu Bara Terpuruk, Harga Terendah Sejak 2021

SAMARINDA – Harga batu bara mengalami penurunan signifikan sepanjang tahun 2025, menjadikannya sebagai yang terburuk dalam empat tahun terakhir. Penurunan ini dipicu oleh melimpahnya pasokan dibandingkan permintaan, terutama akibat peningkatan produksi di China, salah satu konsumen terbesar batu bara dunia.

Pada Senin (17/02/2025), harga batu bara Newcastle untuk pengiriman Februari turun sebesar USD 0,75 menjadi USD 102 per ton, sementara harga batu bara Rotterdam untuk pengiriman yang sama turun USD 1,95 menjadi USD 99,5 per ton.

Sehari setelahnya, Rabu (18/02/2025) pukul 18.00 waktu setempat, harga batu bara tercatat berada di angka USD 104 per ton, mengalami penurunan hingga USD 60–57 dibandingkan harga sebelumnya.

China Tingkatkan Produksi Batu Bara di Tengah Pembatasan Emisi

Sebagai salah satu negara pengimpor batu bara terbesar, China mengumumkan peningkatan produksi batu bara sebesar 1,5 persen, mencapai 4,82 miliar ton pada tahun 2025. Selain itu, China juga berencana memperluas kapasitas penambangan meskipun tengah menerapkan kebijakan pembatasan emisi karbon.

Di sisi lain, Indonesia mencatatkan rekor produksi tertinggi sepanjang sejarah, dengan total 836 juta ton batu bara pada tahun 2024. Namun, pemerintah Indonesia juga mulai mendorong transisi ke energi alternatif, yang berpotensi mengubah dinamika industri batu bara ke depan.

Sementara itu, Mongolia turut berkontribusi pada meningkatnya pasokan global dengan rencana peningkatan produksi dan ekspor batu bara ke China sebesar 20 persen pada tahun 2025.Dengan pasokan yang terus meningkat tetapi permintaan yang terbatas, harga batu bara terus mengalami tekanan di pasar global.

Dampak bagi Kalimantan Timur

Posisi harga batu bara saat ini menjadi yang terburuk sejak Mei 2021, yang berpotensi berdampak pada pendapatan daerah Kalimantan Timur—provinsi yang perekonomiannya masih sangat bergantung pada sektor pertambangan batu bara.

Purwadi, pakar ekonomi dari Universitas Mulawarman Kalimantan Timur, menyatakan bahwa tren penurunan harga batu bara yang terus berlanjut sepanjang 2025 dapat memberikan tekanan berat pada ekonomi daerah.

“Mudah-mudahan tren ini tidak terus berlanjut, karena secara transformasi ekonomi kita masih belum sepenuhnya siap,” ujarnya.

Dengan kondisi pasar yang semakin kompetitif dan kebijakan transisi energi yang mulai diterapkan di berbagai negara, industri batu bara—terutama di Kalimantan Timur—akan menghadapi tantangan besar dalam beberapa tahun ke depan.[]

Putri Aulia Maharani

Berita Daerah