BONTANG – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Bontang mengalami peningkatan signifikan di awal tahun 2025. Hingga akhir Februari, Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat telah terjadi 32 kasus DBD yang tersebar di 13 kelurahan.
Kepala Dinkes Bontang, Bachtiar Mabe, mengungkapkan bahwa Kelurahan Telihan, Kecamatan Bontang Barat, menjadi wilayah dengan kasus tertinggi, yakni tujuh kasus. Kelurahan Tanjung Laut menyusul dengan lima kasus, diikuti Api-Api dengan empat kasus, serta Berbas Pantai dan Berebas Tengah masing-masing tiga kasus. Sementara itu, dua kelurahan, Guntung dan Tanjung Laut Indah, masih nihil kasus DBD.
Bachtiar menegaskan bahwa pencegahan berbasis masyarakat sangat penting untuk menekan penyebaran DBD. Penyakit ini disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang berkembang biak di genangan air bersih. Oleh karena itu, kesadaran warga dalam menjaga kebersihan lingkungan menjadi faktor utama dalam pencegahan.
“Kami terus memantau perkembangan kasus melalui puskesmas dan berharap masyarakat lebih aktif dalam upaya pencegahan. Jangan sampai kasus ini melonjak dan membahayakan lebih banyak orang,” ujarnya, Kamis (27/2/2025).
Sebagai wilayah dengan kasus tertinggi, Kelurahan Telihan mulai meningkatkan kewaspadaan. Lurah Telihan, Mochamad Cholid Hanafi, telah menginstruksikan seluruh RT untuk menggalakkan Gerakan 3M Plus, yakni menguras, menutup, mendaur ulang, serta langkah tambahan seperti penggunaan abate dan pemasangan kelambu di rumah-rumah warga.
Selain itu, pihak kelurahan bekerja sama dengan Puskesmas Bontang Barat untuk memberikan edukasi kepada warga tentang bahaya DBD dan cara pencegahannya. Langkah ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran warga untuk lebih aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan.
“Kami terus mengingatkan warga agar rutin membersihkan lingkungan dan menyingkirkan wadah yang bisa menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. Jangan sampai abai, karena nyamuk DBD bisa berkembang biak di tempat-tempat kecil yang sering kita anggap sepele,” ungkap Cholid.
Sebagai langkah tanggap darurat, jika ditemukan kasus baru, pihak kelurahan bersama Dinkes dan tim puskesmas akan segera melakukan fogging di lokasi terdampak. Namun, Cholid menegaskan bahwa fogging bukan solusi utama, melainkan hanya tindakan darurat untuk membunuh nyamuk dewasa.
“Yang lebih penting adalah mencegah perkembangbiakan nyamuknya. Jika lingkungan bersih dan tidak ada genangan air, maka rantai penyebaran DBD bisa terputus,” ujarnya.
Di sisi lain, masyarakat diminta untuk lebih aktif dalam program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang melibatkan peran serta warga dalam mengidentifikasi dan memberantas tempat-tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk.
Dinkes Bontang juga akan meningkatkan pengawasan dan sosialisasi di wilayah rawan DBD dengan menggandeng kader kesehatan di tiap kelurahan. Warga diimbau segera melapor ke puskesmas terdekat jika mengalami gejala DBD, seperti demam tinggi mendadak, nyeri sendi, sakit kepala, serta munculnya bintik merah pada kulit.
Dengan kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, diharapkan kasus DBD di Kota Bontang dapat ditekan dan tidak semakin meluas.
Putri Aulia Maharani