SUKABUMI – Ratusan warga dari Desa Cimaja dan Karangpapak, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, memadati kawasan muara Sungai Cimaja, Cikakak. Mereka berkumpul sejak dini hari hingga sore hari untuk mengikuti tradisi musiman menangkap ikan impun yang selalu dinanti setiap tanggal 25 dalam sebulan.
Tradisi ini berlangsung sejak tiga hari terakhir dan menjadi ajang tahunan yang disambut dengan semangat dan keceriaan. Masyarakat datang membawa peralatan tradisional seperti jaring (sirib) dan ember (tolok) untuk menangkap ikan impun yang bermigrasi ke muara sungai saat musim tertentu.
Nurman (44), warga Desa Cimaja, menyampaikan bahwa fenomena ini telah menjadi budaya turun-temurun yang melekat kuat di kalangan masyarakat pesisir. Menurutnya, momen ini tidak hanya menjadi kesempatan untuk mendapatkan hasil tangkapan ikan, tetapi juga menjadi ajang kebersamaan.
“Sudah tiga hari ini ramai terus. Dari pagi buta sampai sore warga berdatangan. Momen seperti ini memang ditunggu-tunggu, soalnya ikan impun munculnya musiman. Selain buat konsumsi pribadi, banyak juga yang dijual,” ujar Nurman saat ditemui pada Jumat (25/4/2025) sore.
Ia menjelaskan bahwa ikan impun yang berukuran kecil dan hidup bergerombol biasanya lebih mudah ditangkap ketika air laut pasang atau saat air sungai menjadi keruh. Kondisi tersebut memudahkan warga memperoleh ikan dalam jumlah besar menggunakan alat serok sederhana.
“Kalau lagi musimnya seperti sekarang, suasananya ramai seperti pesta. Selain hasilnya bisa dibawa pulang, rasa kebersamaannya juga terasa. Ini bukan hanya soal ikan, tapi juga soal kebudayaan lokal yang harus dijaga sampai nanti,” tambahnya.
Senada dengan itu, Jaka (55) menyebut bahwa kegiatan ini bukan semata tradisi atau fenomena menarik, tetapi juga memberikan dampak ekonomi langsung bagi warga. Ikan yang ditangkap tidak hanya dikonsumsi, tetapi juga dijual dalam kondisi segar maupun setelah diolah menjadi lauk khas seperti impun goreng dan balado.
“Alhamdulillah hari pertama kemarin itu banyak warga yang dapat banyak sampai sebagian dijual. Harganya 15 ribu sampai 20 ribu per cup gelas. Sore ini ikannya agak berkurang, mulai surut. Kemungkinan besok pagi terakhir,” jelas Jaka.
Ia juga menyebut bahwa tradisi serupa terjadi di beberapa muara lain seperti Sukawayana Cikakak, Citepus Palabuhanratu, dan Cimandiri Simpenan. Bahkan hingga ke muara Cibareno di wilayah Banten, tradisi menangkap ikan impun menjadi aktivitas yang ditunggu masyarakat.
Tradisi menangkap ikan impun tidak hanya menjadi warisan budaya lokal, tetapi juga menggambarkan harmoni antara manusia dan alam serta bentuk solidaritas masyarakat pesisir yang patut dipertahankan.[]
Putri Aulia Maharani