Murdaya Poo di kremasi di Borobudur

Murdaya Poo di kremasi di Borobudur

MAGELANG – Prosesi kremasi pengusaha dan tokoh Buddhis nasional, Murdaya Widyawimarta Poo, dilangsungkan pada Rabu (07/05/2025) di Bukit Dagi, kawasan kompleks Candi Borobudur, Magelang. Tak sekadar ritual keagamaan, kremasi ini menjadi penanda cinta dan sejarah keluarga yang dalam.

Pemilihan tanggal 7 Mei 2025 bukanlah kebetulan. Hari itu bertepatan dengan ulang tahun ke-54 pernikahan Murdaya Poo dengan Siti Hartati Tjakra Murdaya, pasangan yang menikah pada 7 Mei 1971. Hal ini diungkapkan langsung oleh putra mereka, Prajna Murdaya, saat ditemui di kaki Bukit Dagi, sehari sebelum kremasi. “Pernikahan itu pada 7 Mei 1971,” ujarnya.

Dalam momen ini, sebuah cincin pernikahan menjadi simbol penting yang menyimpan kenangan masa lalu keluarga. Cincin tersebut diserahkan Murdaya Poo kepada Prajna sebelum wafat. “Dulu cincin ini dipakai untuk mengetuk pintu kamar anak-anak agar bangun pagi,” kenang Prajna, menggambarkan sosok ayahnya yang penuh kedisiplinan namun hangat.

Upacara kremasi dimulai pukul 10.00 WIB, diawali dengan doa-doa sesuai ajaran Buddha. Jenazah Murdaya Poo dibakar menggunakan kayu pilihan, termasuk kayu cendana dan gaharu, dengan total bobot mencapai 1,5 ton. “Kremasi dengan api besar mungkin (selesai) 2-3 jam. Dengan api kecil 5-8 jam,” jelas Prajna.

Abu jenazah tidak langsung dikumpulkan karena masih panas. Pada 9 Mei 2025, abu akan dimasukkan ke dalam guci, lalu pada 12 Mei 2025 akan dibawa ke altar utama dalam rangkaian peringatan Tri Suci Waisak 2569 BE di Candi Borobudur.

Prajna juga menyebut bahwa Menteri Kebudayaan Fadli Zon serta Menteri Agama Nasaruddin Umar dijadwalkan hadir dalam prosesi tersebut.

Awalnya, keluarga merencanakan kremasi di lahan pribadi milik Siti Hartati di Dusun Ngaran II. Namun, rencana itu batal karena mendapat penolakan warga. “Kami bersyukur akhirnya bisa dilaksanakan di Bukit Dagi, tanpa mengganggu akses masyarakat,” ujar Prajna.

Dengan latar Borobudur yang sakral dan simbol-simbol kenangan yang menyentuh, prosesi kremasi Murdaya Poo menjadi refleksi akan cinta, keluarga, dan penghormatan terhadap tradisi yang mendalam. []

Diyan Febriana Citra.

Berita Daerah Hotnews