Paus Leo XIV Dilantik, Tekankan Misi Damai dan Kesatuan

Paus Leo XIV Dilantik, Tekankan Misi Damai dan Kesatuan

VATIKAN – Paus Leo XIV resmi menjalankan tugasnya sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma setelah pelantikan yang diselenggarakan secara khidmat di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, pada Minggu (18/05/2025). Dalam misa perdananya, Paus asal Amerika Serikat ini menyampaikan seruan perdamaian global dan menyuarakan keprihatinannya terhadap konflik dan penderitaan di Ukraina, Gaza, dan Myanmar.

Pelantikan ini menandai dimulainya masa kepausan Kardinal Robert Francis Prevost, yang terpilih pada 8 Mei lalu menggantikan Paus Fransiskus, yang wafat pada 21 April 2025. Dalam upacara yang dihadiri oleh ribuan umat dan para pemimpin dunia, Paus Leo melakukan prosesi keliling menggunakan Popemobile, menyapa umat yang memadati Lapangan Santo Petrus dan sekitarnya.

Sebelum misa dimulai, Paus terlihat memberkati sejumlah bayi dari balik kendaraan terbuka, dengan latar sorakan “Viva il Papa” dan bendera yang dikibarkan jemaat dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan Peru. Turut hadir dalam acara tersebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Wakil Presiden AS JD Vance, Presiden Peru, Kanselir Jerman, serta sejumlah bangsawan dan tokoh-tokoh penting dunia.

Sebagai bagian dari tradisi pelantikan, Paus Leo menerima dua simbol penting pallium selempang wol yang melambangkan peran pastoral dan cincin nelayan, yang merupakan simbol spiritual pewarisan dari Santo Petrus, pemimpin pertama Gereja Katolik.

Dalam homilinya, Paus Leo XIV menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya persatuan di tengah perpecahan internal Gereja. Ia menekankan bahwa kepemimpinan tidak seharusnya digunakan untuk kekuasaan, melainkan untuk mencintai dan melayani umat, sebagaimana dilakukan oleh Yesus.

“Saudara-saudari, saya ingin agar keinginan besar pertama kita adalah Gereja yang bersatu, tanda persatuan dan persekutuan, yang menjadi ragi bagi dunia yang berdamai,” ujarnya.

Paus juga menyinggung kondisi tragis di sejumlah wilayah konflik. Ia menyerukan perdamaian yang adil dan abadi di Ukraina dan mendoakan Gaza yang masih dilanda kekerasan dan kelaparan. Dalam doa Regina Coeli yang dibacakan di akhir misa, Paus juga mengangkat penderitaan masyarakat Myanmar akibat konflik yang berkepanjangan.

Di tengah sorotan terhadap arah Gereja Katolik di masa depan, Paus Leo XIV menjanjikan kepemimpinan yang mengedepankan pelayanan, kesederhanaan, dan solidaritas dengan kaum miskin. Ia juga mengkritik eksploitasi alam dan menyerukan dunia untuk lebih peduli terhadap krisis kemanusiaan global.

Pelantikan ini menjadi awal babak baru bagi Gereja Katolik dunia yang tengah menghadapi tantangan internal maupun eksternal. Paus Leo XIV diharapkan mampu menjembatani perbedaan antara kelompok konservatif dan progresif serta membawa semangat persatuan dan harapan bagi umat Katolik di seluruh dunia. []

Diyan Febriana Citra.

Hotnews Internasional