Sejarah 27 Tahun Lengsernya Soeharto: Ditulis dengan Darah

Sejarah 27 Tahun Lengsernya Soeharto: Ditulis dengan Darah

BANDUNG — Peringatan 26 tahun runtuhnya rezim Orde Baru pada 21 Mei kembali digaungkan melalui aksi demonstrasi di berbagai daerah, termasuk di Kota Bandung. Para demonstran menuntut agar cita-cita reformasi 1998 dijalankan secara utuh, tanpa kompromi.

Aksi dimulai pada Rabu (21/5/2025) sekitar pukul 15.30 WIB di kawasan Taman Braga, Jalan Braga. Puluhan massa membawa spanduk dan poster berisi kritik terhadap rezim otoriter masa lalu. Mereka juga melakukan orasi secara bergiliran dan menampilkan aksi teatrikal yang menggambarkan perjuangan rakyat dalam menumbangkan kediktatoran.

Salah satu spanduk mencolok yang dipasang memuat enam poin utama tuntutan reformasi, lengkap dengan catatan evaluatif mengenai pelaksanaannya selama lebih dari dua dekade terakhir.

Aksi serupa juga digelar di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Bandung, oleh Perkumpulan Aktivis 98. Dalam keterangan tertulis, Ketua Presidium Perkumpulan Aktivis 98, Muhamad Suryawijaya, menyatakan bahwa sejarah reformasi bukan sekadar hasil politik elite, melainkan lahir dari keberanian rakyat biasa.

“Kami, para Aktivis 98, adalah generasi yang menyaksikan secara langsung bagaimana teman-teman kami diculik, dibungkam, bahkan menghilang tanpa jejak,” ujarnya.

Ia menyesalkan bahwa setelah lebih dari 25 tahun, banyak cita-cita reformasi yang justru kian menjauh. Hukum dianggap telah kehilangan independensinya, demokrasi direduksi menjadi ajang formal lima tahunan, dan suara-suara kritis kian dibungkam oleh sistem yang dikendalikan oleh oligarki informasi.

Lewat aksi di Gedung Sate, para aktivis menyampaikan enam tuntutan utama:

1. Reformasi Hukum Total Penegakan hukum secara adil tanpa intervensi politik, serta pembersihan institusi hukum dari praktik korupsi dan penyalahgunaan wewenang.

2. Reshuffle Kabinet Mendesak perombakan kabinet agar diisi figur yang memiliki komitmen terhadap demokrasi, termasuk aktivis 98 yang dinilai memiliki legitimasi moral.

3. Perkuat Demokrasi dan Kebebasan Sipil Hentikan represi terhadap suara rakyat dan gerakan mahasiswa.

4. Libatkan Generasi Muda Mengajak anak muda menjadi garda depan perubahan dengan semangat reformis.

5. Tangani Krisis Ekonomi dengan Kebijakan Pro-Rakyat Mendorong keadilan sosial dan ekonomi melalui regulasi berpihak pada masyarakat kecil.

6. Kawal Amanat Reformasi 1998 Menegaskan kembali pentingnya menuntaskan kasus pelanggaran HAM dan menjamin keadilan transisional.

Aksi ini berlangsung damai dan dijaga ketat oleh aparat kepolisian. Para peserta berharap agar suara mereka menjadi pengingat bagi pemangku kekuasaan bahwa demokrasi harus terus dijaga, bukan hanya dijadikan simbol.[]

 

Putri Aulia Maharani

Berita Daerah