KEPULAUAN SERIBU– Suara riuh puluhan siswa berseragam putih abu-abu memecah ketenangan Dermaga Pulau Pramuka, Kamis (05/06/2025) pagi. Sekitar pukul 10.30 WIB, para pelajar dari SMA Negeri 69 Jakarta tampak tergesa menaiki perahu kayu yang telah siap mengantar mereka pulang ke pulau masing-masing di wilayah Kepulauan Seribu.
Selesai mengikuti jam pelajaran, mereka tidak langsung bersantai sebagaimana siswa lain di pusat kota. Sebaliknya, mereka harus berebut tempat di kapal agar bisa menyeberang lautan dengan aman. Bagi mereka, laut bukanlah sekadar batas geografis, melainkan jalur utama menuju masa depan. Setiap hari, para siswa ini menghadapi tantangan demi mendapat akses pendidikan yang layak.
“Siapa cepat, dia dapat,” begitu ungkapan yang menggambarkan kondisi di dermaga.
Siswa yang datang lebih awal bisa mendapatkan tempat duduk nyaman di dalam kapal. Yang terlambat harus rela berdiri, bahkan bergelantungan di sisi terbuka kapal. Beberapa siswa laki-laki terlihat berpijak di tepian kapal kayu, bersandar pada apa pun yang bisa mereka genggam. Kapal pun penuh sesak, dengan sekitar 70 orang menumpang di dalamnya.
Salah satu siswa yang rutin menjalani perjalanan laut ini adalah Rajwa (15), siswi kelas 10 asal Pulau Panggang. Setiap hari, ia harus bangun pagi demi mengejar perahu yang mengantar ke sekolah.
“Perjalanan paling 15 menit,” ujar Rajwa saat ditemui di dermaga.
Jarak antara rumah dan sekolah sejauh 9,4 kilometer ia tempuh dengan perahu kayu. Tantangan bukan hanya jarak dan waktu, tetapi juga cuaca yang tidak menentu. Ombak tinggi, hujan, dan terik matahari adalah kondisi yang harus ia hadapi setiap hari.
“Enak cuma ada ombak-ombaknya, enggak pusing kan sudah biasa. Suka kehujanan, kepanasan itu aja. Kadang kalau hujan bawa jas hujan atau payung sama pakai sendal dulu,” katanya.
Meski penuh tantangan, semangat para pelajar di Kepulauan Seribu tidak pernah surut. Mereka terus mengarungi ombak dan waktu demi pendidikan yang lebih baik. Dermaga bukan sekadar tempat sandar kapal, melainkan simbol perjuangan anak-anak pulau untuk meraih masa depan. []
Diyan Febriana Citra.