Lingkungan Tercemar, Warga Marunda Protes Aktivitas Batu Bara

Lingkungan Tercemar, Warga Marunda Protes Aktivitas Batu Bara

JAKARTA – Kondisi lingkungan di kawasan Marunda, Jakarta Utara, kembali menjadi sorotan setelah warga mengeluhkan dampak polusi dari aktivitas bongkar muat batu bara curah di wilayah perairan dekat permukiman mereka. Meskipun lokasi aktivitas tersebut secara administratif berada di wilayah Bekasi, Jawa Barat, dampaknya dirasakan langsung oleh warga di Marunda, yang berjarak sekitar empat kilometer dari dermaga.

Warga menuntut perhatian dari dua kepala daerah: Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, dan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Mereka berharap pemerintah tidak hanya bersandar pada laporan birokratis, tetapi juga turun langsung melihat dan merasakan kondisi yang dihadapi warga pesisir.

“Gubernur DKI dan Gubernur Jabar harus turun, jangan sampai pergerakan masyarakat akan melakukan aksi yang tidak diinginkan,” tegas Tono (48), warga Marunda, Kamis (12/06/2025). Kekhawatiran itu berakar dari pengalaman sebelumnya, saat aksi warga berhasil menghentikan aktivitas serupa di tahun 2022.

Kondisi yang dialami warga saat ini bukan hanya sekadar ketidaknyamanan. Menurut Abdullah (42), asap hitam yang terbawa angin dari arah timur telah menyebabkan gangguan kesehatan, seperti batuk, sesak napas, hingga dugaan meningkatnya kasus tuberkulosis di lingkungan sekitar.

“Tolong ceklah warga di pinggir laut, seperti apa sih keluhannya. Tapi, sampai saat ini belum ada, baik itu pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Jangan cuma menerima laporan dari pejabat daerah aja bahwa aman, karena belum tentu, kan warga yang merasakan,” kata Abdullah.

Ia juga menambahkan bahwa panas batu bara yang bercampur dengan terik matahari semakin memperburuk kenyamanan warga. Banyak yang merasa kulit mereka seperti terbakar saat beraktivitas di luar rumah.

Selain itu, pencemaran lingkungan juga menjadi perhatian serius. Ganda (50), warga lainnya, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi pesisir laut yang semakin tercemar. Ia menuntut pemerintah tidak bersikap pasif terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi.

“Minta pemerintah lebih perhatianlah terhadap lingkungan, jangan biasa-biasa aja,” ungkap Ganda.

Pada tahun 2022, protes serupa dari warga Marunda sempat membuahkan hasil ketika aktivitas bongkar muat batu bara di dermaga dekat Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Marunda dihentikan. Namun kini, ancaman serupa muncul kembali dengan lokasi yang berbeda, dan warga khawatir siklus dampak buruk ini akan terus berulang jika tidak ada tindakan tegas dari pemerintah.

Dengan latar belakang pengalaman masa lalu, warga berharap agar pemerintah segera mengambil langkah konkret, tidak hanya demi kesehatan masyarakat, tetapi juga demi perlindungan ekosistem pesisir yang semakin terancam. []

Diyan Febriana Citra.

Hotnews Nasional