ADVERTORIAL – Pemanfaatan ruang budaya sebagai media pembelajaran langsung bagi generasi muda kini menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara. Salah satu implementasinya terlihat dalam gelaran Festival Kampong Tuha Tepengo di Desa Lebak Mantan, Senin (2/6/2025), yang dirangkaikan dengan peringatan Hari Jadi ke-120 desa tersebut.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kukar, Thauhid Afrilian Noor, hadir langsung dalam festival tersebut. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan merupakan pendekatan edukatif yang sangat strategis dalam membentuk karakter generasi muda.“Ini bukan sekadar acara seremonial. Festival ini sarat nilai edukatif, baik dari sisi sejarah, seni, hingga kebersamaan sosial,” ujar Thauhid.
Festival yang mengusung tema Nuju Suaka Beadat itu dirancang sebagai panggung ekspresi sekaligus ruang interaksi antargenerasi. Lomba olahraga tradisional seperti egrang dan panjat pinang, serta pentas seni budaya menjadi medium belajar langsung bagi para siswa dan warga. Sejumlah pelajar bahkan ikut serta dalam pementasan drama sejarah desa, yang menggambarkan nilai-nilai luhur masyarakat lokal.
Thauhid terlihat aktif mengikuti jalannya kegiatan sejak pagi hari. Ia meninjau perlombaan, menyapa para peserta, hingga memberi semangat kepada pelajar yang tampil di panggung. Kehadirannya menjadi simbol kuat bahwa pendidikan tak selalu berlangsung di ruang kelas.
Menurut Thauhid, kurikulum muatan lokal yang saat ini diterapkan di berbagai sekolah di Kukar perlu diperkuat dengan pendekatan kontekstual seperti festival ini. “Banyak sekolah sekarang sudah mengembangkan muatan lokal, tapi dengan kegiatan seperti ini, anak-anak bisa belajar langsung dari pengalaman. Ini penguatan karakter yang nyata,” jelasnya.
Festival ini juga menjadi sarana membangun kesadaran sejarah dan identitas kultural di tengah masyarakat. Kepala Desa Lebak Mantan, Satibi Yusuf, mengungkapkan bahwa keterlibatan Disdikbud Kukar telah memberi dampak positif pada perkembangan minat pelajar terhadap warisan budaya mereka sendiri. “Pak Thauhid memberi semangat luar biasa bagi pelaku seni dan pelajar. Kami berharap kerja sama ini bisa terus terjalin, terutama dalam hal pendidikan budaya,” ucap Satibi.
Acara puncak festival berlangsung dalam suasana khidmat. Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Sultan Aji Muhammad Arifin, hadir secara khusus untuk mengukuhkan Hari Jadi ke-120 Desa Lebak Mantan. Thauhid turut mendampingi dalam prosesi tersebut sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai adat dan sejarah lokal.
Momentum ini semakin menegaskan bahwa budaya bukan hanya warisan, melainkan bagian penting dari pembangunan manusia. Disdikbud Kukar berkomitmen mengintegrasikan nilai-nilai lokal ke dalam sistem pendidikan, sehingga anak-anak Kukar tumbuh tidak hanya dengan pengetahuan global, tetapi juga dengan akar kultural yang kuat.
Festival Kampong Tuha Tepengo menjadi cermin bahwa pelestarian budaya dan pembentukan karakter tidak perlu berjalan terpisah. Ketika seni, sejarah, dan pendidikan bertemu dalam satu wadah, maka lahirlah generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berjati diri. []
Penulis: Eko Sulistyo | Penyunting: Nuralim