Bahlil: Harga Minyak Bisa Naik karena Perang, Mari Berdoa

Bahlil: Harga Minyak Bisa Naik karena Perang, Mari Berdoa

JAKARTA – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, menyampaikan kekhawatiran atas dampak konflik antara Israel dan Iran terhadap harga minyak global. Menurutnya, gejolak geopolitik yang terjadi di Timur Tengah berpotensi menekan perekonomian global, termasuk Indonesia, khususnya pada sektor energi.

Saat ditemui wartawan, Bahlil mengungkapkan bahwa pemerintah terus memantau dinamika internasional dan mempersiapkan langkah antisipatif. Ia menegaskan bahwa dalam situasi global yang tidak stabil, negara harus mengandalkan kekuatan internal.

“Saya ditanyakan tentang hal ini, katanya harga minyak akan potensi naik melebihi asumsi di dalam APBN. Saya katakan berdoa saja. Karena hanya doa dan ikhtiar kita secara internal yang bisa menyelamatkan kita,” ujar Bahlil.

Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa saat ini hampir semua negara tengah fokus pada kepentingan domestik masing-masing. Harapan terhadap bantuan atau dukungan internasional, menurutnya, menjadi hal yang tidak realistis dalam kondisi seperti sekarang.

“Dalam situasi global yang tidak menentu kita enggak bisa berharap pada negara lain dalam kondisi yang seperti ini. Karena apa? Hampir semua negara juga memikirkan tentang negara mereka. Hampir semua,” katanya menegaskan.

Bahlil mengajak semua pihak untuk mendoakan agar ketegangan di Timur Tengah segera mereda, sehingga stabilitas harga minyak bisa kembali tercapai. Meskipun demikian, ia menyebut harga minyak dunia saat ini berada pada level USD67 per barel—angka yang menurutnya menunjukkan perbaikan sementara.

“67 sekarang, wah ini semakin baik lagi gitu. Nah tapi, satu hal yang saya (ingin) menyampaikan bahwa dinamika di Timur Tengah sampai dengan tadi saya berangkat ke sini, saya mengikuti perkembangannya dengan jaringan yang saya punya, masih apa ya, dinamis,” tuturnya.

Ia menambahkan bahwa situasi yang terjadi di kawasan tersebut sangat fluktuatif dan sulit diprediksi. Karena itu, evaluasi terus dilakukan secara berkala untuk menyesuaikan dengan perkembangan terbaru.

“Naik turun, naik turun. Jadi apa yang hari ini terjadi belum tentu besok bisa seperti ini. Kita lihat perkembangannya lagi, baru kemudian kita bisa melakukan kajian,” imbuhnya.

Mengenai proyeksi fiskal, Bahlil mengakui bahwa asumsi harga minyak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) telah ditetapkan sebesar USD82 per barel. Ketika konflik Israel-Iran pecah, kekhawatiran sempat mencuat, termasuk di kalangan menteri-menteri ekonomi dunia.

“Kemarin ketika terjadi (perang) Israel dan Iran, itu sempat khawatir kita. Beberapa menteri ekonomi di dunia termasuk menteri energinya kami juga berkomunikasi. Asumsi APBN kita itu kan harga per barelnya itu 82 dolar per barrel,” pungkasnya.[]

Putri Aulia Maharani

Nasional