ADVERTORIAL – Pembangunan wahana air (waterboom) di Pulau Kumala, Kutai Kartanegara (Kukar), terus menjadi sorotan. Proyek yang digadang-gadang sebagai ikon wisata baru ini masih belum rampung meski telah dimulai sejak 2023. Hingga pertengahan 2025, progres pembangunan yang berdiri di atas lahan seluas 3,8 hektare itu baru mencapai sekitar 70 persen.
Lambatnya penyelesaian proyek tersebut mendapat perhatian serius dari anggota DPRD Kalimantan Timur (Kaltim) daerah pemilihan Kukar, Salehuddin. Menurutnya, keterlambatan ini mencerminkan belum optimalnya pengelolaan potensi wisata oleh pemerintah daerah.
“Saya menyayangkan ini agak terlambat, tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Ini investasi besar yang dari dulu belum menunjukkan progres yang sesuai,” ujar Salehuddin kepada awak media saat ditemui di Samarinda, Senin (23/6/2025).
Ia menyebut, keberadaan waterboom di kawasan Pulau Kumala berpeluang menjadi pemicu peningkatan kunjungan wisatawan, khususnya dari kalangan lokal. Namun, upaya tersebut memerlukan dukungan fasilitas pendukung yang memadai, termasuk revitalisasi wahana lama.
“Minimal dengan adanya waterboom, bisa menarik kembali minat masyarakat untuk berkunjung. Bahkan, wahana lama harus direnovasi agar kawasan itu kembali hidup,” ujar legislator dari Fraksi Golkar yang juga menjabat sebagai Sekretaris Komisi I DPRD Kaltim.
Lebih lanjut, ia menyinggung sejumlah aset wisata yang dibangun di era kepemimpinan Bupati Syaukani kini mulai kehilangan daya tarik akibat tidak adanya pembaruan atau perawatan. Oleh karena itu, ia mendorong Pemkab Kukar agar serius menghidupkan kembali seluruh potensi kawasan tersebut.
Dalam kesempatan itu, Salehuddin juga mengungkapkan bahwa sebelumnya pernah ada peluang kerja sama dengan investor besar, salah satunya pengelola Jatim Park 1 dan 2. Namun, rencana itu tidak terwujud karena minimnya fasilitasi dari pemerintah daerah.
“Sempat ada investor yang ingin masuk di Pulau Kumala, namun gagal. Jangan sampai aset sebesar itu tidak digunakan dengan baik dan sayang kalau dibiarkan begitu saja,” katanya.
Selain pembangunan fisik, Salehuddin menyoroti pentingnya aspek keamanan di ruang-ruang publik. Ia mencontohkan kondisi taman di bawah Jembatan Kutai Kartanegara yang saat ini dinilai rawan karena minim penjagaan, sehingga rawan terjadi kehilangan fasilitas umum.
“Di Jakarta, taman dibuka 24 jam tapi ada sistem pengamanannya. Kalau di Kukar, jam 10 malam saja sudah sepi. Ke depan, ini yang harus dibenahi,” tutupnya.
Dengan melihat potensi besar yang dimiliki Pulau Kumala, Salehuddin berharap Pemkab Kukar lebih proaktif dalam menyusun strategi penyelesaian proyek waterboom dan membuka ruang investasi yang inklusif. Hal ini penting untuk menjadikan kawasan tersebut sebagai destinasi wisata andalan yang berkontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. []
Penulis: Muhamamddong | Penyunting: Nuralim