GARUT – Duka menyelimuti Kampung Kiararambai, Desa Girimukti, Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut, Jawa Barat, usai bencana tanah longsor menimpa satu rumah warga pada Rabu malam (25/06/2025) sekitar pukul 19.00 WIB. Bencana ini menelan korban satu keluarga, di mana tiga orang ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa, sementara satu anggota keluarga lainnya masih dalam proses pencarian.
Mereka yang menjadi korban adalah Mar’ah (seorang nenek), Linda (anak Mar’ah), Mardi (menantu Mar’ah), dan Fajar (cucu Mar’ah) yang hingga kini belum ditemukan.
Pelaksana Tugas (Plt) Camat Cisewu, Jajang, membenarkan bahwa musibah terjadi akibat hujan deras yang mengguyur kawasan tersebut selama beberapa jam. Kondisi geografis yang berada di lereng bukit memperparah situasi saat tebing di atas rumah korban tidak mampu lagi menahan beban air dan akhirnya runtuh.
“Longsor menimpa rumah semipermanen milik korban. Tiga orang telah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, sementara satu orang lainnya masih dicari,” ujar Jajang saat dihubungi pada Rabu malam.
Hingga Kamis (26/06/2025) pagi, upaya pencarian korban yang hilang masih terus dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri dari unsur Forkopimcam Cisewu, anggota TNI, serta Polri. Proses evakuasi sempat terkendala oleh medan yang terjal dan cuaca yang belum bersahabat. Namun para petugas tetap berupaya maksimal untuk menemukan korban terakhir dan menghindari risiko longsor susulan.
“Saya sedang mengurus jenazah yang baru ditemukan. Kami mohon doa dari masyarakat, karena kami sedang berduka,” ucap Jajang lirih.
Tragedi di Girimukti ini menambah daftar panjang bencana tanah longsor di Provinsi Jawa Barat, yang menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjadi wilayah dengan frekuensi kejadian tertinggi di Indonesia dalam lima tahun terakhir. Kombinasi antara curah hujan tinggi, kontur tanah labil, dan pemukiman di daerah lereng menjadi faktor utama kerawanan.
Peristiwa ini sekali lagi mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan bencana di tingkat lokal. Banyak permukiman di dataran tinggi yang dibangun tanpa perencanaan mitigasi bencana yang matang, sehingga rentan menjadi korban saat kondisi cuaca ekstrem terjadi.
Pemerintah daerah diimbau untuk memperketat pemetaan zona rawan longsor serta melakukan relokasi terhadap warga yang berada di jalur berisiko tinggi. Keselamatan jiwa harus menjadi prioritas utama dalam kebijakan pembangunan di wilayah pegunungan seperti Cisewu. []
Diyan Febriana Citra.