Gunung Semeru Erupsi, Awan Panas Capai 4 Km

Gunung Semeru Erupsi, Awan Panas Capai 4 Km

LUMAJANG – Gunung Semeru kembali menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik. Pada Rabu pagi (09/07/2025), gunung yang menjadi titik tertinggi di Pulau Jawa ini mengalami erupsi disertai luncuran awan panas sejauh 4 kilometer. Erupsi kali ini menjadi pengingat kuat bagi masyarakat sekitar akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam.

Berdasarkan pengamatan visual yang terekam dalam video amatir warga, awan panas tampak keluar dari bibir kawah Jonggring Saloko dan meluncur dengan cepat ke arah lereng. Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Semeru yang berada di bawah naungan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat erupsi terjadi pada pukul 08.14 WIB. Kolom abu vulkanik membumbung setinggi 1.000 meter di atas puncak, berwarna putih kelabu dan mengarah ke barat daya serta barat.

“Kolom abu teramati dengan intensitas tebal. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 milimeter dan durasi sekitar 3 menit 34 detik,” tulis laporan resmi PVMBG.

Meski belum ada laporan kerusakan atau korban jiwa, masyarakat diimbau untuk tetap waspada. Status Gunung Semeru masih berada pada Level II (Waspada), dan potensi erupsi susulan atau aliran lahar dingin tetap menjadi ancaman serius.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Rehabilitasi BPBD Lumajang, Yudhi Cahyono, mengingatkan seluruh warga, terutama yang tinggal di sekitar lereng gunung, untuk tidak mengabaikan peringatan.

“Buat masyarakat di sekitar lereng dan kaki gunung terutama penambang lokal mohon tetap waspada karena tidak menutup kemungkinan bisa terjadi susulan dan banjir lahar dingin,” tegas Yudhi.

BPBD dan PVMBG juga menegaskan batas aman yang harus dipatuhi warga. Radius bahaya utama adalah 8 kilometer dari pusat erupsi. Selain itu, masyarakat juga dilarang beraktivitas dalam radius 500 meter dari tepian sungai Besuk Kobokan dan sekitarnya karena jalur tersebut berpotensi terlanda awan panas atau aliran lahar yang bisa meluas hingga 13 kilometer dari puncak.

Dengan memasuki musim hujan, risiko banjir lahar dingin semakin besar. Aliran sungai yang mengarah ke pemukiman menjadi perhatian utama tim pemantau dan petugas penanggulangan bencana.

Masyarakat diminta terus mengikuti informasi terkini yang dikeluarkan oleh pihak berwenang, serta segera mengungsi ke tempat yang aman apabila terdengar bunyi sirine peringatan atau muncul tanda-tanda aktivitas vulkanik yang meningkat.

Langkah-langkah mitigasi menjadi sangat penting dalam mengurangi potensi dampak buruk. Edukasi dan pemahaman masyarakat terhadap ancaman gunung api diharapkan bisa menjadi tameng perlindungan di masa mendatang. []

Diyan Febriana Citra.

Berita Daerah Hotnews