Gunung Ile Lewotolok Meletus 68 Kali

Gunung Ile Lewotolok Meletus 68 Kali

LEMBATA – Aktivitas vulkanik Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, kembali meningkat tajam sejak beberapa hari terakhir. Letusan demi letusan mengguncang kawasan sekitar, dan suara gemuruhnya bahkan terdengar hingga Kota Larantuka, Kabupaten Flores Timur, yang berjarak puluhan kilometer, Selasa (15/07/2025).

Suasana mencekam ini dirasakan langsung oleh warga sekitar, termasuk Siska Tokan (30), warga Larantuka, yang mengaku cukup terganggu oleh suara letusan yang hampir setiap hari terdengar.

“Sudah satu minggu ini kami dengar suara gemuruh, pagi ini juga kami dengar gemuruh kuat,” ujarnya.

Siska semula mengira suara tersebut berasal dari Gunung Lewotobi Laki-laki yang juga aktif dan terletak tidak jauh dari tempat tinggalnya. Namun, belakangan ia baru mengetahui bahwa sumber suara tersebut adalah Gunung Ile Lewotolok di Lembata.

“Kadang buat kita panik, apalagi diapiti dua gunung api, Gunung Ile Lewotolok dan Gunung Lewotobi Laki-laki,” tandasnya, menggambarkan kondisi psikologis warga yang hidup di antara dua potensi bencana alam.

Data dari Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok menunjukkan bahwa hanya dalam enam jam, mulai pukul 00.00 hingga 06.00 Wita, tercatat 68 kali letusan. Amplitudo gempa letusan berkisar antara 8,9 hingga 33,5 mm, dengan durasi gempa mencapai 45 detik.

Letusan tersebut mengeluarkan kolom abu setinggi 100 hingga 300 meter, berwarna putih hingga kelabu, disertai suara dentuman dan lontaran material pijar dari kawah gunung. Bahkan, pada pukul 06.10 Wita, tercatat letusan dengan ketinggian kolom abu mencapai 400 meter dari puncak, dengan arah condong ke barat.

“Letusan disertai lontaran material pijar dan dentuman gemuruh lemah hingga kuat,” jelas Fajaruddin M. Balido, petugas PGA Ile Lewotolok.

Seismograf mencatat amplitudo maksimum mencapai 14,7 mm dengan durasi sekitar 38 detik. Karena aktivitas yang terus meningkat ini, status Gunung Ile Lewotolok tetap berada pada Level III (Siaga).

Fajaruddin pun mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti rekomendasi dari pemerintah, termasuk larangan beraktivitas dalam radius tertentu dari kawah.

Erupsi berulang ini menjadi pengingat bahwa wilayah Lembata dan sekitarnya merupakan kawasan dengan risiko geologi tinggi. Oleh karena itu, peningkatan kesiapsiagaan masyarakat dan kesiapan logistik mitigasi menjadi hal yang mendesak untuk terus dibenahi. []

Diyan Febriana Citra.

Berita Daerah Hotnews