13 Guguran Lava Merapi, Potensi APG Meningkat

13 Guguran Lava Merapi, Potensi APG Meningkat

BOYOLALI – Aktivitas vulkanik Gunung Merapi kembali menunjukkan peningkatan dalam beberapa hari terakhir. Dalam pengamatan selama enam jam pada Sabtu (19/07/2025) dini hari, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat 13 kali guguran lava pijar ke arah barat daya. Fenomena ini menandai pentingnya kesiapsiagaan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan rawan bencana.

Menurut keterangan resmi BPPTKG, guguran lava tersebut meluncur ke arah Kali Putih dengan jarak maksimum 1.700 meter. Visual Gunung Merapi terpantau cukup jelas dengan cuaca cerah, suhu berkisar antara 14,1–16,8 derajat Celsius, serta kelembaban udara antara 81% hingga 84,7%. Asap kawah terlihat berwarna putih dengan intensitas sedang dan ketinggian sekitar 25 meter dari puncak.

Selain guguran lava, aktivitas kegempaan juga meningkat. Tercatat ada 20 kali gempa guguran, 23 kali gempa hybrid atau fase banyak, dan dua kali gempa vulkanik dangkal dalam rentang waktu yang sama. Fakta ini menguatkan status Merapi yang masih berada di Level III atau Siaga.

Ancaman utama dari aktivitas Gunung Merapi saat ini adalah awan panas guguran (APG) dan guguran lava pijar, terutama ke sektor selatan–barat daya. Potensi bahaya meliputi aliran Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, serta Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng hingga jarak 7 km. Di sektor tenggara, ancaman serupa dapat mengarah ke Sungai Woro sejauh 3 km dan Sungai Gendol sejauh 5 km. Selain itu, letusan eksplosif masih berpotensi melontarkan material vulkanik hingga radius 3 km dari puncak gunung.

Petugas BPPTKG, Suraji, meminta masyarakat untuk tetap waspada dan tidak beraktivitas di zona-zona rawan. Ia juga menekankan pentingnya hanya mengikuti informasi dari sumber resmi seperti BPPTKG dan PVMBG untuk menghindari kesalahan informasi. “Jika terjadi aktivitas yang signifikan maka aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Boyolali, Suratno, menekankan pentingnya kewaspadaan, terutama bagi warga yang berada di lereng Merapi, khususnya di wilayah Kecamatan Selo yang termasuk dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) III.

“Meski guguran lava mengarah ke barat daya, tetapi tidak ada salahnya warga di Desa Klakah, Tlogolele, dan Jrakah untuk mewaspadainya,” katanya.

Pemerintah daerah terus memperkuat koordinasi dan monitoring, serta telah menyiapkan langkah-langkah mitigasi jika kondisi Merapi berubah. Edukasi kebencanaan kepada warga juga terus digencarkan sebagai bagian dari strategi penanggulangan dini.

Dengan dinamika Gunung Merapi yang sulit diprediksi, kesiapan masyarakat dan kecepatan informasi menjadi kunci utama dalam meminimalkan risiko bencana. Peran aktif warga dalam menjaga kesiapsiagaan dan patuh terhadap arahan petugas sangat dibutuhkan guna menjaga keselamatan bersama. []

Diyan Febriana Citra.

Berita Daerah Hotnews