PEKANBARU – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) kembali menguji ketangguhan aparat dan relawan di Riau. Kali ini, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) menjadi titik perhatian setelah api melahap sekitar 400 hektar lahan gambut yang tersebar di berbagai lokasi. Musibah ini menambah daftar panjang tantangan ekologis di provinsi yang dikenal sebagai salah satu kawasan rawan karhutla di Indonesia.
Letkol Inf Diki Apriyadi, Komandan Kodim 0321/Rohil, mengonfirmasi bahwa ratusan hektar lahan yang terbakar telah mereka tangani. “Yang sudah kami tangani 400 hektar se-Kabupaten Rohil,” ujar Diki melalui pesan WhatsApp, Senin (21/07/2025).
Namun, upaya pemadaman tidak berjalan mulus. Sejumlah faktor seperti suhu tinggi, tiupan angin kencang, dan minimnya ketersediaan air di lokasi kebakaran memperlambat proses penanganan.
“Lahan yang terbakar ini kan gambut cukup dalam, jadi proses pemadamannya memakan waktu. Alhamdulillah, sejauh ini kondisi titik api saat ini sudah menurun,” jelas Diki.
Tim gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, Manggala Agni, BPBD, dan petugas lintas daerah bahu-membahu melawan api. Diki menyebut, dukungan logistik dan perlengkapan terus diupayakan, termasuk penggunaan helikopter water bombing untuk penyemprotan dari udara.
“Saat ini, 1 unit helikopter water bombing dari Palembang sudah berada di Pekanbaru. Selain itu, 1 unit helikopter dari Australia akan tiba di Rohil pada 22 Juli 2025, dan 1 helikopter dari BNPB yang akan datang pada 26 Juli 2025,” katanya.
Selain bantuan udara, modifikasi cuaca juga menjadi bagian dari strategi pemadaman. Upaya rekayasa hujan akan dilakukan untuk mempercepat pendinginan area gambut yang terbakar, sekaligus mengurangi kepulan asap yang menyulitkan mobilitas dan penglihatan petugas di lapangan.
Pemerintah daerah bersama aparat TNI-Polri berharap dukungan masyarakat, tidak hanya melalui doa, tetapi juga dalam bentuk komitmen kolektif untuk mencegah kejadian serupa terulang.
“Mohon doanya semoga karhutla segera tuntas. Kedepannya mari kita bersama-sama berkomitmen menjaga Kabupaten Rohil menjadi daerah yang aman, nyaman, sehat, produktif, dan sejahtera,” tutup Diki.
Karhutla di Riau bukanlah hal baru, tetapi skala dan intensitasnya kali ini menunjukkan bahwa sinergi antarlembaga dan kesadaran publik menjadi kunci utama dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Apalagi, Rokan Hilir merupakan wilayah dengan struktur gambut dalam yang sangat rentan terbakar, terutama di musim kering. []
Diyan Febriana Citra.