LEMBATA — Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, kembali menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik yang cukup signifikan pada Jumat (25/07/2025). Meski kondisi cuaca di sekitar kawah relatif cerah dan tidak mengganggu pengamatan visual, laporan aktivitas dalam enam jam terakhir menunjukkan frekuensi letusan yang tinggi dan terus berulang.
Menurut data dari Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok, tercatat 39 kali letusan terjadi sejak pukul 06.00 hingga 12.00 Wita. Letusan-letusan tersebut menandakan gejala kegempaan vulkanik yang aktif, dengan durasi antara 30 hingga 43 detik dan amplitudo yang bervariasi dari 9,9 hingga 34,6 mm. Selain itu, terdeteksi pula 36 kali gempa embusan dengan durasi hingga 29 detik dan amplitudo maksimum 8,5 mm.
“Teramati 39 kali letusan dengan tinggi 50–200 meter dan warna asap putih dan kelabu,” ujar Stanislaus Ara Kian, petugas PGA Ile Lewotolok. Ia juga menambahkan bahwa suara gemuruh lemah masih kerap terdengar dari arah puncak.
Dalam kondisi cuaca yang sebagian berawan dan suhu udara berkisar antara 26–30 derajat Celsius, asap kawah yang tampak bertekanan lemah terlihat mengepul setinggi 5 hingga 50 meter. Warna asap dominan putih tipis, menunjukkan uap air yang mendominasi komponen gas, meskipun intensitas aktivitas gunung tetap mengkhawatirkan.
Saat ini, status Gunung Ile Lewotolok masih berada pada Level III atau Siaga, yang berarti ada potensi letusan yang dapat membahayakan warga di sekitar lereng gunung. Oleh karena itu, pihak berwenang mengimbau masyarakat, khususnya yang bermukim dalam radius 3 kilometer dari pusat erupsi, untuk segera menjauhi area tersebut dan tidak melakukan aktivitas apapun di wilayah rawan bencana.
Peningkatan aktivitas vulkanik ini merupakan lanjutan dari rentetan letusan kecil yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Meski belum terjadi letusan besar yang berdampak langsung ke permukiman, pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lembata telah menyiapkan skenario evakuasi jika aktivitas gunung terus meningkat.
Warga diminta tetap tenang namun waspada dan selalu memperhatikan informasi resmi dari Pos PGA maupun instansi pemerintah terkait. Pemerintah daerah juga diharapkan mempercepat upaya mitigasi risiko melalui sosialisasi di desa-desa yang terdampak.
Dengan lanskap geologis yang aktif seperti di NTT, kesiapsiagaan menjadi hal yang mutlak untuk meminimalkan dampak jika terjadi letusan besar. Aktivitas Ile Lewotolok saat ini menjadi pengingat bahwa kewaspadaan dan kesiapan masyarakat harus selalu diperbarui dan didukung dengan sistem peringatan dini yang efektif. []
Diyan Febriana Citra.