LEMBATA — Aktivitas vulkanik Gunung Ile Lewotolok kembali menunjukkan peningkatan signifikan. Dalam kurun waktu enam jam, dari pukul 06.00 WITA hingga 12.00 WITA pada Sabtu (26/07/2025), gunung yang terletak di Kabupaten Lembata, NTT, tercatat mengalami 34 kali letusan.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok, Fajaruddin M. Balido, melaporkan bahwa letusan-letusan tersebut disertai dengan kolom asap berwarna putih dan kelabu, dengan tinggi antara 100 hingga 300 meter dari puncak.
“Teramati 34 kali letusan dengan tinggi 100-300 meter, dan warna asap putih dan kelabu,” ujar Fajaruddin dalam keterangannya, Sabtu siang.
Letusan tersebut menghasilkan amplitudo seismik antara 7,8 hingga 32,7 milimeter, dengan durasi letusan antara 37 hingga 59 detik. Suara gemuruh atau dentuman turut terdengar dalam intensitas bervariasi, dari lemah hingga kuat.
Selain itu, lontaran material pijar juga terpantau mengarah ke sisi timur sejauh 500 meter dari kawah utama. Material pijar ini tentu menambah potensi bahaya bagi masyarakat maupun wisatawan yang mendekati area terdampak.
Lebih lanjut, selama periode pengamatan, tercatat pula 20 kali gempa embusan dengan amplitudo 1,6 hingga 5,8 mm dan durasi 28–40 detik. Juga terekam satu kali gempa tektonik lokal dengan amplitudo 1,5 mm dan durasi 21 detik.
Secara visual, puncak gunung tampak jelas hingga tertutup kabut tipis. Tekanan asap kawah teramati lemah, dengan intensitas tipis hingga sedang dan tinggi asap mencapai 25 hingga 50 meter dari puncak. Cuaca di sekitar gunung saat itu cukup cerah hingga berawan, dengan angin bertiup lemah ke arah barat dan barat laut. Suhu udara tercatat antara 24 hingga 31 derajat Celsius.
Dalam kondisi ini, Fajaruddin menegaskan kembali imbauan kepada masyarakat, terutama wisatawan dan pendaki, untuk tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 3 kilometer dari pusat aktivitas gunung.
“Wisatawan tidak boleh memasuki dan melakukan aktivitas di dalam wilayah radius 3 kilometer dari pusat aktivitas,” ujarnya.
Gunung Ile Lewotolok saat ini berada pada status Level III (Siaga). Dengan aktivitas yang terus meningkat, masyarakat di sekitar lereng gunung diimbau untuk tetap tenang namun selalu siaga terhadap kemungkinan erupsi susulan. Pemerintah daerah dan instansi terkait diharapkan memperkuat sistem peringatan dini dan memastikan jalur evakuasi tetap aman serta mudah diakses.
Kejadian ini menjadi pengingat penting bahwa kawasan cincin api Indonesia terus aktif, dan kesiapsiagaan merupakan kunci utama dalam menghadapi potensi bencana alam. []
Diyan Febriana Citra.