SAMARINDA – Suasana tenang di kawasan Jalan Juanda 6, Kecamatan Samarinda Ulu, mendadak berubah menjadi kepanikan pada Jumat (15/08/2025) sore. Seorang bocah laki-laki berusia sekitar lima tahun ditemukan meninggal dunia setelah diduga terjatuh dan tenggelam di sebuah parit.
Peristiwa tragis ini terjadi sekitar pukul 16.00 Wita. Beberapa anak yang bermain di sekitar lokasi melihat korban terpeleset dan jatuh ke dalam parit yang memiliki lebar sekitar 1,5 meter. Kondisi air yang saat itu sedang pasang disertai arus deras membuat korban tidak mampu menyelamatkan diri.
Menurut keterangan warga, arus deras menyeret tubuh korban hingga sejauh kurang lebih setengah kilometer dari titik awal jatuhnya. Kabar tersebut segera memicu pencarian oleh warga dibantu sejumlah relawan setempat. Mereka menyusuri sepanjang aliran parit dengan penuh harap korban dapat segera ditemukan.
Sekitar dua jam kemudian, tepatnya pukul 18.00 Wita, pencarian membuahkan hasil. Relawan bernama Akhmad Tegus Harifani menjadi orang yang pertama kali menemukan jasad korban. “Posisi korban tengkurap, hanya kelihatan baju dan sedikit bagian belakang kepala,” ungkapnya.
Akhmad menambahkan, derasnya arus air di parit menjadi penyebab utama korban terbawa jauh dari lokasi awal. “Kurang lebih hanya kelihatan 5 sentimeter badannya, sisanya terendam,” ujarnya. Setelah ditemukan, jenazah korban segera dievakuasi dan dibawa ke rumah duka untuk dimakamkan.
Pihak kepolisian melalui tim Inafis Polresta Samarinda langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) untuk memastikan kronologi peristiwa tersebut. Hingga berita ini diturunkan, penyelidikan masih berlangsung guna mengumpulkan informasi dari saksi dan memeriksa kondisi sekitar lokasi kejadian.
Peristiwa ini menambah daftar panjang insiden anak tenggelam di Samarinda, terutama di area parit dan sungai yang tidak memiliki pagar pengaman. Beberapa warga menilai, keberadaan parit dengan arus cukup deras di kawasan permukiman menjadi ancaman serius bagi keselamatan anak-anak.
Warga berharap pemerintah daerah dapat memasang pagar atau penutup di area parit yang rawan, sekaligus meningkatkan pengawasan lingkungan.
“Kalau ada pengaman atau penutup, mungkin anak-anak lebih aman. Apalagi di musim hujan, arus parit bisa sangat deras,” kata salah seorang warga setempat.
Kejadian ini menjadi pengingat bagi para orang tua untuk selalu mengawasi anak-anak saat bermain di luar rumah, terutama di dekat aliran air. Kesadaran kolektif antara warga, orang tua, dan pemerintah sangat diperlukan agar insiden serupa tidak kembali terjadi. []
Diyan Febriana Citra.