JAYAPURA — Upaya penegakan hukum di wilayah Papua Pegunungan kembali menunjukkan hasil konkret. Aparat gabungan dari Satuan Tugas Operasi Damai Cartenz bersama Satuan Reserse Kriminal Polres Yahukimo berhasil mengamankan delapan orang yang diduga kuat terlibat dalam aksi kekerasan terhadap para tenaga pengajar dan tenaga kesehatan di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo.
Penangkapan dilakukan pada Jumat (11/07/2025), menyusul penyelidikan intensif yang dilakukan pasca-peristiwa penyerangan terhadap para guru dan nakes pada Maret lalu. Dari delapan orang yang diamankan, tiga di antaranya telah ditetapkan sebagai tersangka oleh pihak kepolisian.
Kepala Operasi Satgas Damai Cartenz, Brigadir Jenderal Polisi Faizal Ramadhani, dalam keterangan tertulis yang diterima pada Jumat malam menyampaikan, “Ada pun inisial tiga orang yang ditetapkan tersangka ini adalah AP, DH, dan NS.”
Sementara itu, lima orang lainnya masih menjalani proses pemeriksaan mendalam untuk memastikan keterlibatan mereka dalam insiden berdarah tersebut. Penegak hukum juga tidak menutup kemungkinan adanya pelaku lain yang masih berkeliaran dan menjadi buronan aparat.
“Kami masih melakukan pendalaman terhadap lima orang pelaku lainnya dan terus memburu sisa anggota KKB yang diduga kuat terlibat dalam aksi biadab tersebut,” ujar Kombes Pol Yusuf Sutejo, selaku Kepala Satuan Tugas Humas Operasi Damai Cartenz.
Insiden tragis yang terjadi pada 21–22 Maret 2025 silam, berlangsung di kompleks perumahan guru milik Yayasan Pendidikan Kristen (YPK) Anggruk serta Gedung Puskesmas Efata Anggruk. Dalam kejadian tersebut, satu guru perempuan bernama Rosalia Rerek Sogen meninggal dunia akibat serangan, sementara enam orang guru dan nakes lainnya mengalami luka-luka dan harus dievakuasi ke Jayapura untuk mendapat penanganan medis.
Aksi penyerangan itu mendapat kecaman dari berbagai kalangan, termasuk pemerintah pusat dan tokoh masyarakat. Banyak pihak mendesak aparat untuk mengusut tuntas kasus tersebut dan memberikan perlindungan maksimal bagi para pekerja kemanusiaan di wilayah-wilayah rawan konflik.
Penangkapan para pelaku ini diharapkan menjadi titik balik dalam menciptakan rasa aman bagi para pendidik dan tenaga kesehatan yang mengabdikan diri di pelosok Papua, serta menjadi pesan tegas bahwa setiap aksi kekerasan terhadap warga sipil tidak akan dibiarkan tanpa konsekuensi hukum. []
Diyan Febriana Citra.