Demo Mahasiswa Usut Oknum Polisi Pengedar Narkoba

Demo Mahasiswa Usut Oknum Polisi Pengedar Narkoba

NUNUKAN – Kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian kembali diguncang oleh dugaan keterlibatan aparat dalam kasus peredaran narkoba. Di tengah situasi ini, Aliansi Mahasiswa Nunukan tampil ke depan, menyuarakan kekecewaan dan kemarahan terhadap dugaan pelanggaran serius yang mencoreng citra kepolisian, khususnya di wilayah perbatasan.

Aksi unjuk rasa berlangsung pada Kamis (17/07/2025) di depan Markas Kepolisian Resor (Polres) Nunukan. Puluhan mahasiswa turun ke jalan menuntut pertanggungjawaban moral dan institusional dari Kapolres Nunukan, menyusul penangkapan Kasat Reskoba Iptu SH dan tiga anggota Polres lainnya oleh tim dari Mabes Polri atas dugaan keterlibatan dalam jaringan narkoba.

Andi Baso, orator utama dalam aksi tersebut, menegaskan bahwa gerakan ini lahir dari akumulasi kemarahan generasi muda atas realitas bobroknya penegakan hukum oleh oknum yang seharusnya menjadi garda terdepan pemberantasan narkoba.

“Kami tak benci polisi, yang kami benci pengkhianat dalam tubuh Polri. Bersihkan Polres Nunukan dari oknum pengkhianat,” seru Andi dengan lantang di tengah kerumunan massa.

Isu yang memicu gelombang protes ini tak hanya soal penangkapan aparat, tetapi juga dugaan manipulasi barang bukti yang terjadi sebelumnya di ruang barang bukti Dit Tahti Polda Kaltara. Mahasiswa menyoroti dugaan penggantian sabu-sabu dengan tawas, sebagai bentuk pengkhianatan hukum yang tak bisa ditoleransi.

Orator lainnya, Yustin, menekankan bahwa mahasiswa sebagai elemen kritis bangsa tak akan tinggal diam menyaksikan peredaran narkoba yang justru melibatkan oknum aparat.

“Kenapa justru polisi yang menjadi pemain narkoba. Kami mahasiswa hanya prihatin dan menyampaikan kebenaran. Jadi kalau Anda bukan bagian itu, jangan tersinggung,” ujarnya, menyentil respons defensif sebagian pihak.

Jefri Lamadike, yang juga turut berorasi, menyebut peredaran narkoba di wilayah perbatasan Indonesia–Malaysia sudah menjadi ancaman sistemik yang merusak sendi-sendi sosial. Ia mempertanyakan posisi dan tanggung jawab pimpinan kepolisian lokal.

“Dan kami semua datang ingin mendengar bagaimana pertanggungjawaban Kapolres Nunukan sebagai atasan para oknum yang terlibat narkoba,” ucap Jefri.

Dalam aksinya, Aliansi Mahasiswa Nunukan menyampaikan lima tuntutan utama sebagai berikut:

  1. Evaluasi menyeluruh terhadap kinerja Kapolres Nunukan jika terbukti lalai dalam pengawasan internal.

  2. Mendorong Propam dan Divisi Hukum Polri untuk menangani kasus ini secara terbuka dan objektif tanpa adanya intervensi.

  3. Mendesak Mabes Polri menurunkan tim investigasi khusus guna mengusut kemungkinan jaringan narkoba lebih luas di tubuh Polres Nunukan.

  4. Meminta keterlibatan aktif Pemda dan BNN dalam membangun sistem pencegahan narkoba dengan mengintegrasikan partisipasi pemuda.

  5. Menuntut Mabes Polri segera memberikan keterangan resmi kepada publik melalui jumpa pers untuk menjaga kepercayaan masyarakat.

Aksi damai ini mencerminkan keresahan mendalam masyarakat perbatasan yang selama ini menjadi salah satu jalur rentan terhadap penyelundupan dan peredaran narkoba. Di tengah upaya Polri melakukan reformasi institusional, peristiwa ini menjadi pengingat bahwa pengawasan internal harus diperkuat agar tak memberi ruang bagi penyalahgunaan wewenang. []

Diyan Febriana Citra.

Berita Daerah Hotnews