TUBAN – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) kembali menuai sorotan setelah enam siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, harus dilarikan ke rumah sakit akibat diduga keracunan usai menyantap menu makan siang, Rabu (24/09/2025). Kejadian ini memicu kepanikan di lingkungan sekolah serta meninggalkan trauma mendalam bagi para orang tua.
Keenam korban terdiri atas lima siswi dan seorang siswa. Mereka tiba-tiba merasakan gejala mual, pusing, sesak napas, hingga muntah. Ironisnya, beberapa siswa bahkan dilaporkan muntah disertai darah setelah mengonsumsi hidangan yang disediakan dalam program MBG.
Situasi darurat membuat pihak sekolah segera membawa para korban ke instalasi gawat darurat RSUD dr R Koesma Tuban. Beberapa siswa dievakuasi dengan ambulans, sementara lainnya menggunakan kendaraan pribadi karena kondisi kesehatan mereka memburuk. Di rumah sakit, sejumlah siswa terlihat harus digendong karena tubuhnya sudah lemas.
Bagi orang tua, kabar keracunan ini menjadi pukulan berat. Juharti (52), salah seorang wali murid, mengaku terkejut ketika mendengar putrinya muntah darah setelah makan menu MBG.
“Anak saya lemas, muntah ada darahnya sedikit,” ujarnya, Kamis (25/09/2025). Ia menambahkan bahwa menu yang disantap putrinya berupa nasi goreng, timun, anggur, dan telur ceplok.
“Kok malah kena musibah,” tambahnya dengan nada kecewa.
Juharti bahkan mempertimbangkan untuk tidak lagi mengizinkan anaknya mengikuti program tersebut. “Belum, enggak usah, mending bawa sendiri,” tuturnya.
Program MBG sejatinya menjadi salah satu prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Dengan tujuan meningkatkan gizi siswa agar sehat dan berprestasi, program ini telah berjalan di banyak daerah. Namun, rentetan kasus dugaan keracunan yang terjadi belakangan membuat masyarakat menuntut pengawasan lebih ketat dari pemerintah, mulai dari pemilihan bahan, pengolahan, hingga distribusi makanan.
Sejumlah kalangan menilai kejadian di Tuban ini harus menjadi alarm penting agar kualitas makanan benar-benar dipastikan sebelum disajikan. Kecerobohan dalam rantai penyediaan pangan tidak hanya berdampak pada kesehatan siswa, tetapi juga meruntuhkan kepercayaan publik terhadap program strategis pemerintah.
Meski pihak berwenang belum mengumumkan hasil investigasi resmi penyebab keracunan, desakan agar standar keamanan pangan diperketat terus menguat. Orang tua berharap insiden serupa tidak lagi terjadi, sehingga tujuan mulia program MBG dapat benar-benar terwujud tanpa mengorbankan keselamatan siswa. []
Diyan Febriana Citra.