SAMARINDA – Menteri Kebudayaan Fadli Zon meresmikan Gedung Badan Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XIV yang membawahi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Peresmian dilakukan dalam kunjungan kerjanya ke Kalimantan Timur pada Sabtu (30/05/2025). Gedung ini diharapkan menjadi pusat kegiatan kebudayaan dan ruang kolaborasi berbagai elemen masyarakat dalam menjaga warisan budaya lokal.
Dalam keterangan tertulis, Fadli Zon menyebutkan bahwa fasilitas yang tersedia di gedung baru ini cukup lengkap. Mulai dari perpustakaan berisi koleksi buku dan dokumen kebudayaan, ruang penyajian koleksi budaya yang representatif, hingga studio mini untuk penayangan film-film bertema budaya.
“Saya berharap fasilitas ini menjadi pusat kegiatan edukasi, penelitian, dan ruang interaksi budaya yang dapat diakses oleh masyarakat, akademisi, pelaku budaya, dan masyarakat umum. Sehingga dapat menjadi pusat literasi bagi peradaban dan kebudayaan Kalimantan yang sangat beragam dan kaya ini,” ujarnya, sabtu (31/05/2025).
Selain peresmian, Fadli Zon juga menggelar diskusi bersama sejumlah komunitas budaya dari Kalimantan Timur. Peserta diskusi meliputi perwakilan komunitas adat, pegiat perfilman, seniman musik, hingga peneliti. Ia menyampaikan apresiasi atas peran aktif komunitas budaya dalam memperkuat identitas budaya daerah.
“Pemerintah mendukung penuh upaya kolaboratif dalam memajukan kebudayaan daerah. Saya percaya sineas muda Kalimantan Timur memiliki potensi luar biasa untuk memperkenalkan budaya lokal melalui film,” tambah Fadli.
Ia juga menyebut peluang kerja sama produksi film budaya dapat diwujudkan melalui skema pendanaan seperti matching fund dan co-production. Langkah tersebut, menurutnya, bisa mendorong film-film lokal tampil di panggung internasional.
Sebagai bagian dari upaya menjaga jati diri bangsa, pemerintah akan terus membangun infrastruktur kebudayaan yang inklusif dan inovatif. Gedung BPK XIV, kata Fadli, diharapkan menjadi pusat aktivitas kreatif dan kolaboratif antara pemerintah, komunitas adat, seniman, serta peneliti budaya.
“Gedung ini bukan hanya sebagai tempat kerja birokrasi, tetapi juga ruang interaksi yang hidup, tempat bertemunya gagasan dan inisiatif dalam menjaga serta mengembangkan budaya lokal,” tutupnya. []
Diyan Febriana Citra.