MALUKU – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali melaporkan aktivitas gempa bumi di wilayah timur Indonesia. Pada Sabtu (06/09/2025) pukul 05.23 WIB, gempa bermagnitudo 4,3 tercatat mengguncang kawasan barat laut Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, yang sebelumnya dikenal dengan nama Maluku Tenggara Barat.
Berdasarkan data BMKG, gempa tersebut berpusat di laut dengan koordinat 6,71 Lintang Selatan (LS) dan 129,62 Bujur Timur (BT). Lokasinya berada sekitar 233 kilometer di barat laut Kepulauan Tanimbar, dengan kedalaman 136 kilometer. Meski guncangan terdeteksi cukup jelas oleh sensor seismik, hingga kini tidak ada laporan adanya kerusakan maupun korban jiwa.
Kepulauan Tanimbar sendiri merupakan gugusan pulau di bagian tenggara Maluku yang berbatasan laut langsung dengan Australia. Saumlaki, ibu kota kabupaten, berjarak sekitar 615 kilometer dari Ambon. Dari sisi transportasi, perjalanan udara antara Saumlaki dan Ambon dapat ditempuh sekitar 1 jam 40 menit hingga 2 jam, tergantung kondisi penerbangan.
BMKG melalui akun resmi di media sosial X @InfoBMKG menyampaikan informasi cepat mengenai gempa ini. “#Gempa Mag: 4.3, 06-Sep-2025 05:23:11 WIB, Lok: 6.71 LS, 129.62 BT (233 km Barat Laut MALUKUTENGGARABRT), Kedlmn: 136 Km #BMKG,” tulis BMKG dalam unggahannya.
Lembaga tersebut menegaskan bahwa informasi awal gempa lebih mengutamakan kecepatan penyampaian kepada publik, sehingga hasil analisis bisa saja diperbarui setelah data lengkap tersedia.
Kepala Stasiun Geofisika Ambon, dalam keterangan terpisah, menjelaskan bahwa gempa dengan kedalaman menengah seperti ini umumnya tidak berpotensi tsunami.
“Dengan kedalaman lebih dari 100 kilometer, guncangan biasanya dirasakan lemah hingga sedang, tergantung kondisi geologi setempat, dan tidak menimbulkan tsunami,” jelasnya.
Meski tidak berdampak signifikan, peristiwa ini kembali menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan masyarakat di kawasan rawan gempa. Kepulauan Tanimbar dan sebagian besar wilayah Maluku memang berada di jalur cincin api Pasifik (Ring of Fire), sehingga aktivitas gempa tektonik cukup sering terjadi.
Pemerintah daerah bersama BPBD setempat diminta terus mengedukasi masyarakat terkait prosedur evakuasi darurat serta memastikan sarana keselamatan memadai. Kesadaran dan kesiapan warga menjadi kunci untuk meminimalkan risiko ketika gempa yang lebih kuat terjadi di kemudian hari. []
Diyan Febriana Citra.