MALUKU TENGGARA – Wilayah Maluku Tenggara kembali diguncang gempa bumi pada Sabtu (01/10/2025) dini hari. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut memiliki kekuatan 5,1 magnitudo dan terjadi sekitar pukul 00.02 WIB.
Dalam keterangan resmi yang dirilis BMKG, episentrum gempa berada di laut, tepatnya 71 kilometer arah tenggara Maluku Tenggara, dengan kedalaman 55 kilometer. Berdasarkan analisis awal, gempa ini tergolong berkedalaman menengah dan dipastikan tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
“Gempa berpusat di laut dengan kedalaman 55 kilometer dan tidak berpotensi tsunami,” tulis BMKG dalam keterangannya, Sabtu dini hari.
Meski getaran dirasakan di sejumlah wilayah pesisir, hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan maupun korban akibat peristiwa tersebut. BMKG juga belum menerima laporan signifikan dari masyarakat terkait dampak gempa.
Petugas di stasiun BMKG Ambon menyampaikan bahwa gempa dirasakan lemah hingga sedang di beberapa lokasi sekitar pusat gempa.
“Masyarakat diimbau tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” imbau pihak BMKG.
Getaran gempa dilaporkan sempat terasa di wilayah Tual dan beberapa kecamatan di Maluku Tenggara. Beberapa warga sempat keluar rumah karena khawatir akan adanya gempa susulan, namun situasi berangsur kondusif setelah memastikan tidak ada ancaman tsunami.
Sementara itu, pemerintah daerah setempat terus memantau situasi bersama petugas BMKG dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya gempa susulan. Hingga berita ini diterbitkan, aktivitas warga telah kembali normal.
Indonesia memang dikenal sebagai wilayah yang rawan gempa karena terletak di pertemuan tiga lempeng besar dunia, yakni Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Posisi ini menyebabkan aktivitas seismik di kawasan timur Indonesia, termasuk Maluku, cukup tinggi sepanjang tahun.
BMKG mengimbau masyarakat untuk selalu memperhatikan informasi resmi dari lembaga berwenang dan memastikan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana alam. “Pastikan sumber informasi berasal dari BMKG agar masyarakat mendapatkan data yang valid dan akurat,” tulis lembaga tersebut dalam imbauannya. []
Diyan Febriana Citra.

