TERNATE – Pagi hari di awal pekan, suasana tenang warga Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara, mendadak berubah ketika getaran gempa bumi terasa cukup kuat, Senin (11/08/2025) sekitar pukul 05.30 WITA. Lindu berkekuatan magnitudo 4,5 itu tidak hanya dirasakan di Pulau Morotai, tetapi juga menjangkau wilayah Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara.
Kepala Stasiun Geofisika Ternate, Gede Eriksana Yasa, menjelaskan bahwa pusat gempa berada di laut, sekitar 34 kilometer tenggara Daruba, dengan kedalaman 10 kilometer.
“Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 2.04° LU dan 128.60° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 34 Km tenggara Daruba-Malut, pada kedalaman 10 km,” ungkapnya.
Berdasarkan hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut tergolong gempa bumi dangkal yang dipicu oleh aktivitas sesar lokal. Karakter gempa semacam ini umumnya menimbulkan getaran signifikan di wilayah sekitar episenter, meskipun jarak pusat guncangan berada di laut.
Intensitas gempa tercatat berbeda di beberapa lokasi. Di Pulau Morotai, getaran dirasakan pada skala III-IV MMI, yang artinya guncangan cukup kuat hingga mampu membuat benda-benda ringan bergoyang. Sementara di Kecamatan Tobelo, Halmahera Utara, gempa dirasakan pada skala II-III MMI, cukup terasa di dalam ruangan namun tidak sampai menimbulkan kepanikan.
“Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut,” tambah Eriksana, merespons kabar yang mulai beredar di masyarakat.
Pemantauan BMKG juga menunjukkan belum ada aktivitas gempa susulan (aftershock) pascaguncangan utama. Meski demikian, pihaknya tetap mengingatkan warga untuk meningkatkan kewaspadaan, khususnya mereka yang tinggal di wilayah rawan gempa.
Eriksana menegaskan, masyarakat diminta untuk tidak termakan informasi yang belum terverifikasi, terlebih isu-isu yang mengaitkan gempa dengan potensi bencana lain seperti tsunami tanpa dasar ilmiah.
“Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG,” pungkasnya.
Gempa di wilayah Maluku Utara bukanlah fenomena baru. Letak geografis provinsi ini berada di pertemuan beberapa lempeng tektonik aktif, membuatnya kerap mengalami guncangan, baik kecil maupun besar. Oleh karena itu, BMKG mengimbau agar masyarakat memahami prosedur keselamatan ketika terjadi gempa, mulai dari melindungi kepala, mencari tempat aman, hingga menghindari bangunan yang berpotensi roboh.
Dengan minimnya kerusakan dan absennya korban jiwa, kejadian ini menjadi pengingat penting bahwa kesiapsiagaan dan ketenangan warga memegang peran besar dalam meminimalkan risiko bencana. []
Diyan Febriana Citra.