TUTUYAN – Aktivitas tektonik kembali mengguncang wilayah Bolaang Mongondow Timur, Sulawesi Utara. Senin (04/08/2025) dini hari pukul 03.56 WIB, gempa bumi berkekuatan magnitudo 4,8 terjadi di tenggara Kecamatan Tutuyan, berdasarkan laporan resmi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Gempa terjadi pada kedalaman 108 kilometer di bawah permukaan laut, tepatnya pada koordinat 0,01 Lintang Utara dan 125,37 Bujur Timur, atau sekitar 118 kilometer tenggara dari pusat kota Tutuyan. Informasi ini pertama kali disampaikan melalui akun resmi X (dulu Twitter) @infoBMKG dengan bunyi:
“#Gempa Mag:4.8, 04-Aug-2025 03:56:46WIB, Lok:0.01LU, 125.37BT (118 km Tenggara TUTUYAN-BOLTIM-SULUT), Kedlmn:108 Km #BMKG.”
BMKG menyebutkan bahwa gempa tersebut tidak berpotensi tsunami karena letaknya yang cukup dalam dan karakteristik gempa yang tergolong tektonik dalam (deep focus earthquake). Meski begitu, guncangan dilaporkan terasa lemah di beberapa wilayah sekitar, namun hingga kini belum ada laporan kerusakan bangunan maupun korban jiwa.
Kepala Stasiun Geofisika Manado, Eko Prasetyo, menjelaskan bahwa aktivitas gempa bumi di kawasan Sulawesi Utara merupakan fenomena alam yang cukup umum, mengingat wilayah ini berada di zona pertemuan lempeng aktif antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik.
“Wilayah Sulawesi Utara, termasuk Bolaang Mongondow Timur, merupakan daerah dengan aktivitas seismik tinggi. Karena itu, masyarakat perlu mengenali risiko dan tetap waspada, namun tidak panik,” ujar Eko.
Sebagai langkah antisipasi, BMKG mengimbau masyarakat untuk memperhatikan informasi resmi yang dikeluarkan lembaga pemerintah, serta tidak mudah terprovokasi oleh kabar tidak dapat dipertanggungjawabkan yang menyebar di media sosial.
Pemerintah daerah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boltim juga mengonfirmasi bahwa pihaknya langsung melakukan koordinasi dengan desa-desa terdekat dari pusat gempa untuk memastikan situasi aman dan terkendali.
Meskipun magnitudo gempa terbilang moderat, BMKG menekankan bahwa setiap kejadian gempa merupakan pengingat penting untuk meningkatkan literasi kebencanaan. Sosialisasi kesiapsiagaan masyarakat, simulasi evakuasi, dan pemetaan zona rawan tetap menjadi bagian dari strategi jangka panjang mitigasi bencana. []
Diyan Febriana Citra.