LEMBATA – Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, kembali menunjukkan aktivitas vulkanik yang signifikan hingga Selasa pagi (22/07/2025). Meski terus bergemuruh, masyarakat sekitar diimbau untuk tetap tenang dan waspada menyikapi rangkaian letusan yang terekam dalam beberapa jam terakhir.
Berdasarkan laporan dari Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok, dalam kurun waktu pukul 00.00 hingga 06.00 Wita, tercatat sebanyak 17 kali gempa letusan. Aktivitas ini menghasilkan kolom abu berwarna putih hingga kelabu dengan ketinggian antara 100 hingga 250 meter di atas puncak kawah.
“Erupsi disertai gemuruh lemah hingga kuat,” ujar Stanislaus Ara Kian, petugas pos pengamatan, Selasa pagi. Ia juga menambahkan bahwa suara gemuruh yang terdengar merupakan bagian dari fenomena alami aktivitas vulkanik gunung yang kini berada pada status Siaga (Level III).
Pukul 06.03 Wita, Ile Lewotolok kembali meletus. Letusan tersebut terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 10,4 mm dan berdurasi sekitar 31 detik. Kolom abu terlihat membumbung hingga ketinggian 300 meter di atas puncak gunung yang berada di elevasi 1.723 meter di atas permukaan laut.
“Letusan disertai gemuruh sedang. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal, condong ke arah tenggara dan barat laut,” kata Stanislaus.
Masyarakat yang tinggal di sekitar lereng gunung sudah terbiasa dengan suara dentuman yang sesekali terdengar dari kawah. Namun, pihak pos pengamatan tetap menekankan pentingnya kewaspadaan. “Suara dentuman yang keras dapat mengakibatkan getaran pada bangunan, terutama jendela kaca dan pintu,” jelasnya.
Dalam dua pekan terakhir, aktivitas Gunung Ile Lewotolok memang mengalami peningkatan. Sebelumnya, bahkan sempat tercatat lebih dari 1.300 letusan dalam kurun waktu dua minggu. Meski demikian, hingga saat ini belum ada laporan korban jiwa maupun kerusakan besar akibat aktivitas tersebut.
Pihak berwenang terus memantau situasi dan telah menyiapkan skenario mitigasi jika terjadi erupsi besar. Warga di sekitar radius 3 km dari kawah diminta untuk tidak melakukan aktivitas apa pun dan menghindari lereng gunung yang berpotensi menjadi jalur luncuran material erupsi.
Langkah mitigasi dan edukasi kebencanaan juga telah digencarkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lembata dan pemerintah setempat agar masyarakat semakin siap menghadapi kondisi darurat. []
Diyan Febriana Citra.