LUMAJANG – Aktivitas vulkanik Gunung Semeru kembali meningkat pada Rabu (20/08/2025) pagi. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat erupsi terjadi pada pukul 05.38 WIB dengan kolom abu setinggi sekitar 700 meter dari puncak. Peristiwa ini mengingatkan warga sekitar untuk terus waspada terhadap potensi ancaman erupsi susulan.
Gunung Semeru, yang berdiri megah di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur, kini masih berstatus Waspada (Level II). Status tersebut menandakan aktivitas gunung api terus dipantau ketat, sementara masyarakat diimbau untuk mematuhi setiap arahan petugas di lapangan.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Liswanto, menjelaskan bahwa erupsi kali ini menghasilkan kolom abu berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang, mengarah ke barat daya.
“Terjadi erupsi G. Semeru pada hari Rabu, 20 Agustus 2025, pukul 05:38 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ±700 m di atas puncak (±4376 m di atas permukaan laut),” ujarnya dalam keterangan resmi.
Hingga laporan dibuat, aktivitas erupsi masih berlangsung. Meskipun letusan yang terjadi tidak sebesar erupsi sebelumnya, PVMBG tetap menegaskan pentingnya kewaspadaan warga yang tinggal di sekitar kawasan rawan bencana.
Liswanto juga mengingatkan agar masyarakat tidak melakukan aktivitas di sektor tenggara Semeru, khususnya sepanjang alur Besuk Kobokan dalam radius 13 kilometer dari pusat erupsi. Kawasan tersebut rawan terlanda awan panas guguran maupun aliran lahar, terlebih ketika curah hujan meningkat.
“Tidak beraktivitas dalam radius 5 Km dari kawah atau puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar),” katanya menambahkan.
Selain itu, warga yang bermukim di luar radius bahaya diminta tetap memperhatikan jarak aman dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan. PVMBG menyebut kawasan dengan jarak 500 meter dari aliran sungai bisa terdampak material vulkanik apabila terjadi perluasan awan panas atau lahar. Potensi bahaya ini bahkan dapat mencapai hingga 17 kilometer dari puncak gunung.
Pengalaman erupsi besar pada tahun-tahun sebelumnya membuat masyarakat di lereng Semeru sudah lebih terbiasa dengan sistem peringatan dini. Namun, petugas kembali menekankan bahwa kesiapsiagaan tetap menjadi kunci utama untuk mengurangi risiko bencana. Koordinasi dengan aparat desa, relawan, hingga BPBD setempat terus diperkuat guna memastikan jalur evakuasi dan tempat pengungsian siap digunakan jika sewaktu-waktu diperlukan.
Bagi warga Lumajang dan Malang yang sehari-hari beraktivitas di sekitar aliran sungai, imbauan untuk menjauh sementara dari kawasan rawan bencana menjadi langkah penting. Hal ini sekaligus mengantisipasi ancaman banjir lahar hujan yang kerap muncul setelah erupsi, terutama ketika musim penghujan tiba.
Aktivitas Gunung Semeru saat ini kembali menjadi perhatian banyak pihak. Meski masih berada pada level waspada, status ini menegaskan bahwa ancaman erupsi belum benar-benar reda. Kesadaran masyarakat untuk selalu mengikuti instruksi resmi dari pihak berwenang akan sangat menentukan tingkat keselamatan mereka di tengah kondisi alam yang tidak menentu. []
Diyan Febriana Citra.