SURABAYA – Kabar duka menyelimuti Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji, atas kepergian sang ibunda tercinta, Painem binti Supardjo, pada Kamis (07/08/2025) dini hari. Almarhumah mengembuskan napas terakhirnya dalam usia 78 tahun setelah sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit RKZ Surabaya.
Painem bukan hanya dikenal sebagai ibu dari politisi senior PDI Perjuangan itu, tetapi juga sebagai sosok yang diyakini memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan prinsip hidup Armuji. Dedikasi dan perjuangannya dalam mendidik putranya telah memberi warna dalam perjalanan politik Cak Ji sapaan akrab Armuji yang pernah duduk sebagai anggota DPRD Surabaya selama lima periode, termasuk dua periode sebagai Ketua DPRD.
Duka cita dan penghormatan pun datang dari berbagai kalangan, khususnya para pimpinan legislatif Kota Surabaya. Ketua DPRD Surabaya, Adi Sutarwijono, menyampaikan belasungkawa mendalam atas wafatnya ibunda Cak Ji.
“Secara khusus kami menyampaikan ucapan berbela sungkawa atas wafatnya Ibunda Cak Ji. Semoga diterima seluruh amal salehnya dan diampuni segala salah,” ujar Adi.
Sebagai sesama kader PDI Perjuangan, Adi turut memahami besarnya pengaruh lingkungan keluarga terhadap arah perjuangan politik seseorang. Ia melihat, di balik perjalanan panjang Armuji di panggung politik, terdapat keteladanan dari rumah.
Wakil Ketua DPRD Surabaya, Arif Fathoni dari Partai Golkar, turut menyampaikan duka cita. Menurutnya, keberhasilan Armuji sebagai tokoh publik yang peka terhadap suara rakyat tidak lepas dari nilai-nilai yang ditanamkan sejak dini oleh ibundanya.
“Cak Ji sosok hebat. Kami yakin bahwa di balik anak hebat ada ibu yang hebat. Kami ikut berduka, Cak Ji,” kata Arif.
Arif yang juga menjabat sebagai Ketua DPD Golkar Surabaya itu menambahkan bahwa dirinya banyak belajar dari Armuji dalam memahami dinamika kerja di legislatif. Namun ia percaya, kemampuan itu terbangun bukan semata dari pengalaman politik, tetapi juga dari fondasi keluarga.
Painem sendiri dikenal sebagai pribadi sederhana yang tidak banyak muncul di ruang publik, namun memiliki pengaruh kuat dalam kehidupan anak-anaknya. Kepergiannya menyisakan duka mendalam, tidak hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi masyarakat dan rekan-rekan yang mengenal Armuji secara pribadi maupun profesional.
Duka ini menjadi momen refleksi bahwa di balik kiprah seorang pemimpin, selalu ada sosok ibu yang berperan dalam membentuk keteguhan hati dan nilai-nilai perjuangan. Kehilangan ibunda adalah kehilangan sumber doa, dan semangat itu kini menjadi warisan tak ternilai bagi perjalanan Armuji ke depan. []
Diyan Febriana Citra.