LEMBATA — Aktivitas vulkanik Gunung Ile Lewotolok kembali menunjukkan peningkatan signifikan pada Senin pagi (21/07/2025). Dalam kurun waktu enam jam, gunung berapi yang terletak di Kabupaten Lembata ini tercatat mengalami 32 kali letusan dengan disertai lontaran material pijar dan gemuruh kuat, menandai periode gejolak yang patut diwaspadai masyarakat.
Menurut laporan dari Fajaruddin M. Balido, petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok, rentetan letusan tersebut terjadi sejak pukul 00.00 hingga 06.00 Wita.
“Teramati 32 kali letusan dengan tinggi 100-200 meter dan warna asap putih dan kelabu,” ujar Fajaruddin, Senin pagi.
Letusan yang terpantau melalui alat seismograf mencatat amplitudo antara 13,6 hingga 38,5 mm, dengan durasi berlangsung antara 36 sampai 54 detik. Aktivitas ini disertai dengan lontaran lava pijar sejauh 400 meter ke arah tenggara dan selatan, serta terdengar dentuman dan suara gemuruh dengan intensitas yang bervariasi, mulai dari lemah hingga cukup kuat.
Secara visual, kondisi di sekitar puncak gunung tampak jelas meskipun sesekali tertutup kabut tipis. Asap dari kawah utama terlihat berwarna putih dengan intensitas ringan dan ketinggian 25–50 meter dari puncak. Gunung ini sendiri saat ini masih berstatus Level III (Siaga).
Lebih jauh, dalam periode yang sama, tercatat pula aktivitas seismik lainnya berupa 27 kali gempa embusan, satu kali gempa vulkanik dangkal, serta satu kali gempa tektonik jauh. Data ini menunjukkan bahwa aktivitas magma di dalam tubuh gunung masih cukup aktif dan berpotensi meningkat sewaktu-waktu.
Mengingat situasi ini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melalui PGA Ile Lewotolok mengimbau masyarakat dan wisatawan untuk tidak beraktivitas dalam radius 3 kilometer dari pusat erupsi. Imbauan ini ditujukan untuk menghindari risiko dari lontaran batu pijar dan awan panas yang bisa terjadi sewaktu-waktu tanpa peringatan.
Meskipun belum ada laporan mengenai korban jiwa atau kerusakan infrastruktur, masyarakat diharapkan tetap waspada dan mengikuti setiap informasi resmi dari instansi terkait. Pemerintah daerah bersama aparat TNI dan Polri telah melakukan pemantauan dan bersiaga untuk kemungkinan evakuasi jika aktivitas vulkanik terus meningkat.
Kondisi ini sekaligus mengingatkan kita bahwa hidup berdampingan dengan gunung api aktif memerlukan kesiapsiagaan dan kesadaran terhadap potensi bencana. Di tengah gejolak alam yang sulit diprediksi, upaya mitigasi dan edukasi kepada masyarakat menjadi kunci utama dalam meminimalkan dampak yang lebih luas. []
Diyan Febriana Citra.