PURWOREJO – Insiden ambruknya jembatan gantung di Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo, menjadi pengingat serius akan pentingnya perawatan infrastruktur desa, terutama jalur vital yang menopang aktivitas masyarakat. Jembatan penghubung antara Desa Tanjunganom dan Desa Sidomulyo itu roboh pada Minggu pagi (14/12/2025) ketika dilintasi rombongan pengiring pengantin, menyebabkan sejumlah warga terjatuh dan mengalami luka-luka.
Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 07.45 WIB. Saat itu, rombongan warga dari Desa Harjobinangun, Kecamatan Grabag, tengah menuju lokasi hajatan di wilayah Mangunjayan. Untuk mempersingkat jarak tempuh, mereka memilih melintasi jembatan gantung yang menjadi akses utama antardesa. Namun, di tengah perjalanan, jembatan tidak mampu menahan beban kendaraan yang melintas secara bersamaan.
Kepala Desa Tanjunganom, Kasidi, menjelaskan bahwa kondisi jembatan sebenarnya sudah menunjukkan tanda-tanda kerusakan sejak beberapa waktu lalu. Ketika kejadian berlangsung, terdapat sekitar lima sepeda motor yang berada di atas jembatan secara bersamaan. Kondisi tersebut diduga mempercepat putusnya tali sling baja yang berfungsi sebagai penahan utama jembatan.
“Ada sekitar lima sepeda motor yang masuk bersamaan. Jembatan sudah dalam kondisi rapuh, sehingga akhirnya ambrol dan membuat pengendara terjatuh,” ujar Kasidi pada Senin (15/12/2025).
Akibat insiden tersebut, empat orang pengiring pengantin mengalami luka-luka. Para korban langsung dievakuasi oleh warga sekitar dan aparat setempat ke RS Bhara Medika Butuh untuk mendapatkan perawatan medis. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini.
“Ada 4 orang yang dibawa ke rumah sakit,” kata Kasidi.
Jembatan gantung yang ambruk tersebut merupakan satu-satunya akses penghubung langsung antara Desa Tanjunganom dan Desa Sidomulyo. Selama ini, jembatan itu memegang peran penting bagi aktivitas harian warga, mulai dari bekerja, bersekolah, hingga kegiatan sosial dan ekonomi lainnya. Jika jembatan tidak dapat dilalui, warga terpaksa mengambil jalur alternatif dengan jarak tempuh sekitar lima kilometer.
“Kalau jembatan ini tidak bisa dilalui, warga harus muter lewat jalur lainnya dengan jarak sekitar lima kilometer,” tambah Kasidi.
Menurut Kasidi, jembatan tersebut dibangun pada tahun 2018. Sejak saat itu, belum pernah dilakukan perbaikan menyeluruh, kecuali perbaikan pagar jembatan sekitar dua tahun lalu. Faktor usia bangunan, paparan cuaca, serta lingkungan sekitar sungai diduga mempercepat kerusakan material jembatan yang mulai kropos.
Sementara itu, Kapolsek Butuh, Iptu Irfan Sofar, membenarkan adanya insiden tersebut. Ia menyebut kejadian berlangsung sekitar pukul 07.44 WIB. Setelah menerima laporan warga, jajaran Polsek Butuh bersama Unit Reskrim, Unit Identifikasi, serta Pamapta Polres Purworejo langsung mendatangi lokasi untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).
“Benar telah terjadi kejadian putusnya tali sling baja penahan jembatan gantung yang mengakibatkan empat orang mengalami luka-luka dan beberapa sepeda motor terjatuh ke sungai,” ujar Iptu Irfan.
Berdasarkan hasil olah TKP, jembatan memiliki lebar sekitar 160 sentimeter dan panjang sekitar 25 meter, dengan dua tali sling baja berdiameter kurang lebih tiga sentimeter sebagai penahan utama. Kedua sling baja tersebut diketahui putus, menyebabkan jembatan kehilangan keseimbangan.
Empat korban yang terluka diketahui bernama Jariman (44), Hadi Prayitno (33), Delip Suprapto (52), dan Feri Setiawan (16). Seluruhnya dinyatakan hanya menjalani rawat jalan. Pihak keluarga korban pun menerima kejadian tersebut sebagai musibah dan menyatakan tidak akan menuntut pihak mana pun.
“Kami mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati serta memperhatikan kondisi sarana umum sebelum digunakan,” kata Iptu Irfan.
Pasca kejadian, BPBD Kabupaten Purworejo, dinas terkait, aparat TNI-Polri, serta perwakilan anggota dewan telah melakukan peninjauan lokasi. Pemerintah desa berharap ada penanganan cepat, terutama pembersihan puing jembatan dari sungai guna mencegah risiko terseret arus saat musim hujan.
“Kami berharap nanti pemerintah dan pihak terkait dapat mengevakuasi jembatan dari dasar sungai. Takutnya nanti kalau banjir, materialnya terseret,” tutup Kasidi. []
Diyan Febriana Citra.

