PEKANBARU – Suasana haru menyelimuti Bandara Sultan Syarif Kasim II (SSK II) Pekanbaru, Senin (27/10/2025), ketika jenazah Nurdia Rahmah Rery (38) tiba di tanah air setelah melalui proses pemulangan dari Singapura. Nurdia merupakan warga Indonesia yang menjadi korban dugaan pembunuhan di sebuah hotel di negara tersebut.
Tangis keluarga pecah saat peti jenazah diturunkan dari pesawat Garuda Indonesia yang mendarat sekitar pukul 09.30 WIB. Sejumlah kerabat tampak memeluk satu sama lain, berusaha menahan kesedihan yang mendalam.
“Jenazah diberangkatkan dari Jakarta ke Pekanbaru. Dari Singapura kemarin sampai (Sabtu),” ujar Humas Bandara SSK II Pekanbaru, Eri Efrizon, saat dikonfirmasi.
Menurut Eri, proses pemulangan jenazah berjalan lancar dan dilakukan dengan pendampingan pihak maskapai serta aparat terkait. Dari bandara, jenazah langsung dibawa ke rumah duka untuk prosesi pemakaman yang akan dilakukan secara tertutup.
Hingga kini, pihak keluarga belum memberikan pernyataan resmi. Mereka memilih untuk berduka dalam diam. “Keluarga masih sangat terpukul dengan kejadian ini,” ujar salah satu kerabat singkat.
Kabar duka tersebut bermula dari laporan media internasional Channel News Asia, yang menyebutkan bahwa Nurdia ditemukan tak bernyawa di kamar hotel Capri by Fraser China Square, kawasan South Bridge Road, Singapura, pada Jumat (24/10/2025). Petugas medis yang tiba di lokasi memastikan korban sudah meninggal dunia ketika ditemukan.
Polisi Singapura menyatakan, pada hari yang sama sekitar pukul 07.40 waktu setempat, suami korban, Salehuddin (41), datang sendiri ke kantor polisi kawasan Bukit Merah Timur dan mengaku telah membunuh istrinya. Hingga kini, motif peristiwa tragis tersebut masih dalam penyelidikan.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura juga telah memberikan pendampingan kepada keluarga korban, termasuk membantu proses administrasi pemulangan jenazah. Pemerintah memastikan hak-hak korban dan keluarganya akan dipenuhi sesuai prosedur hukum dan kemanusiaan.
Kehilangan Nurdia meninggalkan duka mendalam, terutama bagi keluarga yang menantikan kepulangannya dalam keadaan hidup. Kini, mereka hanya bisa mengenangnya sebagai sosok ibu dan istri yang dikenal hangat dan penyayang. []
Diyan Febriana Citra.

