SUMENEP — Penyebaran penyakit campak di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, menunjukkan tren mengkhawatirkan. Sejak Januari hingga pekan pertama Agustus 2025, tercatat 1.534 kasus di wilayah ini. Data tersebut dihimpun dari laporan 30 puskesmas yang tersebar di wilayah daratan dan kepulauan, serta empat rumah sakit rujukan, yakni RSUD dr H Moh Anwar, RSI Garam Kalianget, RSU Sumekar, dan RSIA Esto Ebhu.
“Memang kasusnya di atas seribu,” ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan P2KB Sumenep, Achmad Syamsuri, Rabu (13/08/2025).
Menyikapi kondisi tersebut, Dinas Kesehatan memperkuat strategi pencegahan hingga ke lapisan masyarakat paling bawah. Program “Sepekan Mengejar Imunisasi” atau Penari dijalankan untuk memperluas cakupan vaksinasi, terutama bagi anak-anak yang belum menerima imunisasi campak.
Selain itu, Dinas Kesehatan membentuk Desa Imunisasi Mantap (Iman) di setiap kecamatan sebagai pusat edukasi dan layanan vaksinasi. Program ini melibatkan lintas sektor, mulai dari pemerintah desa, tenaga kesehatan, hingga kader posyandu. “Kami intensifkan langkah-langkah pencegahan dan penanganannya hingga ke tingkat bawah,” kata Syamsuri.
Upaya pemantauan cakupan imunisasi dilakukan secara berkala dengan memetakan wilayah yang berisiko tinggi, sehingga intervensi cepat dapat dilakukan bila ditemukan potensi penyebaran.
Meski berbagai langkah sudah dijalankan, campak tetap menelan korban jiwa. Sejak Februari hingga akhir Juli 2025, empat penderita dilaporkan meninggal dunia. Seluruh korban merupakan anak-anak berusia satu hingga empat tahun yang tercatat tidak pernah menjalani imunisasi.
“Mayoritas memang masih di bawah balita,” ujarnya. Menurut Syamsuri, kematian umumnya terjadi saat pasien tengah dirawat di rumah sakit akibat komplikasi yang timbul.
Penyebaran virus campak tergolong cepat. Penularannya dapat terjadi melalui kontak langsung maupun udara, sehingga potensi meluasnya wabah sangat tinggi jika cakupan imunisasi rendah. Situasi ini diperburuk oleh minimnya kesadaran sebagian masyarakat akan pentingnya vaksinasi, yang kerap terpengaruh oleh hoaks kesehatan.
Dengan situasi tersebut, pemerintah daerah berharap partisipasi aktif masyarakat untuk membawa anak-anak mereka ke fasilitas kesehatan terdekat guna mendapatkan imunisasi lengkap.
“Untuk pemantauan cakupan imunisasi dilakukan secara berkala, termasuk memetakan wilayah rawan untuk intervensi cepat,” jelas Syamsuri.
Pemerintah juga mengingatkan bahwa imunisasi bukan hanya melindungi individu, tetapi juga membentuk kekebalan kelompok (herd immunity) yang dapat menekan penyebaran penyakit menular seperti campak. Tanpa langkah cepat dan kesadaran kolektif, angka kasus berpotensi meningkat hingga akhir tahun. []
Diyan Febriana Citra.