Kebakaran di Samarinda Turun 30 Persen Sepanjang 2025

Kebakaran di Samarinda Turun 30 Persen Sepanjang 2025

Bagikan:

SAMARINDA – Jumlah kejadian kebakaran di Kota Samarinda sepanjang tahun 2025 tercatat mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Data tersebut mencerminkan adanya tren positif dalam upaya penanganan dan pengendalian kebakaran di kawasan perkotaan, meskipun sejumlah tantangan masih perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat.

Berdasarkan catatan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Samarinda, sepanjang tahun 2025 terjadi 185 peristiwa kebakaran. Angka ini menurun dibandingkan tahun 2024 yang mencatat sebanyak 266 kejadian. Penurunan tersebut dinilai sebagai hasil dari berbagai upaya pencegahan dan peningkatan respons penanganan kebakaran yang dilakukan secara berkelanjutan.

Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Samarinda, Hendra, mengungkapkan bahwa penurunan jumlah kejadian kebakaran mencapai lebih dari 30 persen. “Jadi total kejadian itu tercatat 185 kejadian di tahun 2025, sementara di tahun 2024 sebanyak 266 kejadian sehingga terjadi penurunan sekitar 30,45 persen,” ujar Hendra saat ditemui, Selasa (23/12/2025).

Meski menunjukkan tren penurunan, Hendra menegaskan bahwa potensi kebakaran masih didominasi oleh faktor kelistrikan dan kelalaian dalam penggunaan peralatan rumah tangga. Ia menjelaskan bahwa penyebab kebakaran paling banyak masih berasal dari korsleting listrik atau arus pendek, disusul oleh penggunaan kompor yang tidak sesuai standar keselamatan. “Yang terbanyak akibat korslet listrik atau arus pendek, kemudian selebihnya karena kompor yang ditinggalkan atau kompor gas yang bocor,” katanya.

Selain faktor teknis, minimnya sarana keselamatan bangunan juga menjadi perhatian utama. Hendra menyoroti masih banyak bangunan, khususnya fasilitas publik dan tempat usaha seperti rumah toko (ruko), yang belum dilengkapi sistem keselamatan memadai, termasuk jalur evakuasi darurat. “Di beberapa kejadian tidak ada pintu darurat sehingga korban terkurung di dalam bangunan dan tidak bisa keluar,” kata Hendra.

Ia menekankan bahwa upaya penanggulangan kebakaran seharusnya lebih difokuskan pada pencegahan, bukan semata-mata penanganan saat kejadian. “Sejatinya kebakaran itu bukan hanya reaktif saat terjadi, tapi bagaimana upaya mitigasi dan pengurangan risiko melalui sosialisasi, edukasi, dan simulasi,” katanya.

Menurut Hendra, kesadaran masyarakat memegang peranan penting dalam menekan risiko kebakaran, baik di lingkungan permukiman maupun bangunan usaha. “Yang paling penting adalah bagaimana kita aware terhadap bahaya kebakaran, karena banyak yang masih menganggap sepele dan tidak menyediakan APAR,” kata Hendra.

Ia menambahkan, rendahnya kesadaran tersebut sering kali memicu kepanikan ketika kebakaran terjadi, sehingga api sulit dikendalikan sejak dini. “Ketika terjadi kebakaran mereka panik dan itu justru menyebabkan kebakaran menjadi besar, jadi intinya masyarakat harus sadar dulu tentang bahaya kebakaran,” katanya.

Ke depan, upaya pencegahan kebakaran di Kota Samarinda dinilai perlu terus diperkuat melalui peningkatan edukasi, pemenuhan standar keselamatan bangunan, serta ketersediaan sarana pemadam kebakaran dini. Dengan langkah-langkah tersebut, tren penurunan jumlah kebakaran diharapkan dapat terus dipertahankan dan risiko korban jiwa maupun kerugian material dapat diminimalkan. []

Penulis: Yus Rizal Zulfikar | Penyunting: Agnes Wiguna

Bagikan:
Berita Daerah Headlines