BANGKALAN – Perjalanan rutin KMP Jokotole dari Pelabuhan Kamal menuju Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, mendadak berubah menjadi misi kemanusiaan pada Rabu (13/08/2025) pagi. Sekitar pukul 08.20 WIB, awak kapal mendapati sesosok mayat pria mengapung di tengah perairan Selat Madura.
Kapten KMP Jokotole, Totok Elfianto, mengisahkan bahwa saat itu kapal baru berlayar sekitar 20 menit dari dermaga keberangkatan. Cuaca cukup cerah dan ombak relatif tenang, hingga salah seorang awak kapal melihat benda mencurigakan di kejauhan. “Jadi, baru 20 menit kami jalan kami menemukan orang mengapung di laut. Kami perintahkan mualim mengecek,” ujar Totok.
Pengecekan dilakukan menggunakan teropong selama kurang lebih 10 menit. Setelah memastikan bahwa objek tersebut adalah tubuh manusia, kapten memutuskan mengarahkan kapal mendekat. Ramp door bagian haluan dibuka, lalu sejumlah anak buah kapal mengevakuasi tubuh korban ke atas dek. “Setelah kami evakuasi, korban sudah meninggal dan saat di laut posisinya tengkurap,” tambah Totok.
Pemeriksaan awal terhadap tubuh korban tidak menemukan identitas apa pun. Lelaki itu hanya mengenakan sarung dan kaus berwarna merah muda. Tidak ada tanda kepemilikan tiket penyeberangan, sehingga dipastikan ia bukan penumpang resmi KMP Jokotole. “Bukan penumpang kami karena tidak ditemukan bukti tiket penyeberangannya,” tegas Totok.
Belum ada informasi pasti mengenai penyebab kematian korban. Kapten dan kru hanya memastikan bahwa penemuan tersebut langsung dilaporkan ke pihak berwenang begitu kapal merapat di Pelabuhan Tanjung Perak. Kepolisian setempat kemudian menangani kasus ini, dan jenazah dibawa ke RS PHC Surabaya untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Peristiwa ini juga terekam dalam sebuah video yang beredar di media sosial. Dalam rekaman itu, perekam menyebut korban merupakan penumpang kapal yang jatuh terpeleset. Namun, hingga kini keterangan tersebut belum dapat dipastikan kebenarannya oleh pihak berwenang.
Bagi awak KMP Jokotole, kejadian ini menjadi pengingat pentingnya kewaspadaan di laut, baik bagi penumpang maupun operator kapal. Penemuan jenazah di perairan bukanlah hal yang lazim, namun kru kapal selalu siap mengambil tindakan cepat untuk menyelamatkan atau mengevakuasi korban yang mereka temui.
Kapten Totok menegaskan bahwa prosedur darurat di kapal harus dijalankan tanpa menunda waktu. “Keselamatan jiwa adalah prioritas, baik itu penumpang maupun siapa pun yang kami temui di laut,” katanya.
Dengan ditanganinya kasus ini oleh aparat kepolisian, diharapkan identitas dan penyebab kematian korban segera terungkap, sehingga keluarga korban dapat memperoleh kejelasan dan pihak berwenang bisa menentukan langkah selanjutnya. []
Diyan Febriana Citra.