SIGI – Upaya negara dalam memperkuat pelestarian warisan budaya prasejarah terus dilakukan melalui penguatan infrastruktur pendukung di kawasan situs bersejarah. Menteri Kebudayaan Fadli Zon meresmikan Laboratorium dan Storage Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XVIII yang berlokasi di Situs Megalitik Watunonju, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Selasa (30/12/2025). Fasilitas tersebut diharapkan menjadi simpul penting pengelolaan dan pengembangan informasi peninggalan budaya Megalitikum di kawasan Lore Lindu.
Peresmian ini menandai langkah strategis pemerintah dalam meningkatkan kualitas pelindungan, pengelolaan, serta pemanfaatan warisan budaya secara berkelanjutan. Keberadaan laboratorium dan ruang penyimpanan tersebut dirancang untuk mendukung kerja-kerja konservasi sekaligus memperkuat basis ilmiah dalam pelestarian tinggalan budaya prasejarah yang tersebar luas di Sulawesi Tengah.
Dalam keterangannya, Menteri Kebudayaan menegaskan bahwa wilayah Sulawesi Tengah memiliki posisi penting dalam peta peradaban Nusantara.
“Sulawesi Tengah sering disebut sebagai negeri seribu megalit. Tinggalan-tinggalan budaya di wilayah ini menunjukkan bahwa Nusantara bukan peradaban yang baru, melainkan peradaban yang telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan, bahkan puluhan ribu tahun lalu,” kata Fadli sebagaimana dikutip dalam keterangan resmi kementerian.
Menurutnya, beragam peninggalan Megalitikum yang ditemukan di kawasan Lore Lindu menjadi bukti konkret perkembangan peradaban manusia pada masa lampau. Bentuk-bentuk seperti ukiran pada batu granit, menhir, kalamba, dolmen, serta struktur batu lainnya memperlihatkan kompleksitas budaya dan sistem sosial masyarakat prasejarah yang pernah mendiami wilayah tersebut.
“Tinggalan ini menunjukkan bahwa wilayah Lore Lindu merupakan salah satu titik penting dalam sejarah peradaban manusia,” katanya.
Fadli menjelaskan, kehadiran Laboratorium dan Storage Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVIII di Situs Megalitik Watunonju diharapkan dapat memperkuat kegiatan riset dan konservasi yang selama ini menghadapi keterbatasan sarana. Dengan fasilitas yang memadai, proses dokumentasi, penelitian, hingga pengelolaan objek kebudayaan dan cagar budaya dapat dilakukan secara lebih presisi, aman, serta terstandar.
Lebih lanjut, fasilitas tersebut tidak hanya berfungsi sebagai ruang konservasi dan penelitian, tetapi juga sebagai pusat informasi yang terbuka bagi berbagai kalangan. Peneliti, pelajar, wisatawan, hingga masyarakat umum dapat mengakses informasi komprehensif mengenai peninggalan budaya Megalitikum di kawasan Lore Lindu melalui pusat ini.
Pemerintah berharap keberadaan fasilitas ini mampu menjadi motor penggerak pemajuan kebudayaan sekaligus memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Dengan pengelolaan yang terarah, kawasan situs megalitik tidak hanya terjaga kelestariannya, tetapi juga dapat dikembangkan sebagai destinasi edukasi dan wisata budaya berbasis pelindungan.
Selain itu, Fadli juga menyampaikan harapannya agar kawasan Lore Lindu dapat memperoleh pengakuan internasional. Ia menilai kawasan tersebut memiliki nilai universal yang layak diperjuangkan untuk masuk dalam daftar warisan budaya dunia.
“Lore Lindu bukan hanya cagar budaya nasional, tetapi memiliki signifikansi global dan layak diperjuangkan sebagai warisan budaya dunia,” katanya.
Dengan peresmian fasilitas ini, pemerintah menegaskan komitmennya untuk menjaga warisan budaya bangsa sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam peta peradaban dunia. []
Diyan Febriana Citra.

