PROBOLINGGO — Jalur wisata Gunung Bromo kembali memakan korban kecelakaan. Dua wisatawan asal China mengalami insiden di Desa Jetak, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Jumat (04/07/2025) pagi. Keduanya diketahui mengendarai sepeda motor matic sewaan saat kecelakaan terjadi.
Menurut Kepala Desa Ngadisari, Sunaryono, kedua turis itu selamat meski sempat mengalami kecelakaan yang diduga akibat kerusakan sistem pengereman motor yang mereka kendarai.
“Kejadian tadi pagi terjadi saat mereka melintas di turunan Jetak. Diduga rem motornya tidak berfungsi dengan baik atau rem blong,” kata Sunaryono.
Insiden ini bukan yang pertama. Dalam dua hari terakhir, tercatat sudah tiga kecelakaan yang menimpa wisatawan asing, khususnya asal Tiongkok, yang menggunakan motor matic untuk menjelajahi kawasan Bromo. Bahkan dalam salah satu kejadian sebelumnya, korban sempat terjun ke area persawahan setelah kehilangan kendali.
Menurut penuturan warga, peningkatan kunjungan wisatawan China ke Bromo akhir-akhir ini cukup signifikan. Namun, perbedaan bahasa menjadi kendala utama dalam menyampaikan informasi keselamatan, termasuk imbauan larangan penggunaan motor matic yang dinilai kurang aman di jalur pegunungan tersebut.
“Mereka tidak paham imbauan karena kendala bahasa. Tidak mengerti bahasa Indonesia, bahkan bahasa Inggris pun tidak semua bisa,” ujar Sunaryono. Ia menyayangkan minimnya sistem informasi multibahasa di kawasan wisata nasional itu.
Warga sekitar, termasuk aparat desa, mengaku kesulitan memberikan peringatan kepada para wisatawan terkait kondisi jalur dan potensi bahaya kendaraan roda dua di medan ekstrem seperti Bromo. Banyak pengunjung tetap nekat menggunakan motor matic tanpa mempertimbangkan kesiapan kendaraan atau kemampuan berkendara mereka.
Melihat kejadian yang berulang, Sunaryono mendesak adanya langkah konkret dari pihak berwenang. Ia meminta agar bukan sekadar imbauan yang diberikan, tetapi juga peraturan resmi yang melarang penggunaan motor matic bagi wisatawan di jalur curam kawasan Bromo.
“Kami berharap ada kebijakan yang lebih tegas. Jangan hanya menunggu korban jatuh dulu baru bertindak,” tegasnya.
Keprihatinan masyarakat lokal semakin meningkat karena jalur Bromo bukan hanya rawan bagi wisatawan, tetapi juga bagi warga sekitar yang sering terganggu dengan potensi bahaya yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari instansi terkait mengenai tindak lanjut atas permintaan warga tersebut. []
Diyan Febriana Citra.