Nagekeo Tanggap Darurat Banjir Bandang hingga 30 September

Nagekeo Tanggap Darurat Banjir Bandang hingga 30 September

NAGEKEO – Pemerintah resmi menetapkan status tanggap darurat banjir bandang di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, sejak 9 hingga 30 September 2025. Keputusan ini menjadi dasar percepatan langkah penanganan di lapangan, mulai dari evakuasi korban, pemulihan akses jalan, hingga distribusi logistik untuk warga yang terdampak langsung bencana.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nagekeo bersama sejumlah instansi terkait bergerak cepat sejak hari pertama status darurat diberlakukan. Hingga Kamis (11/09/2025), dua titik jalan di Kecamatan Mauponggo berhasil dibersihkan dan kembali bisa dilalui kendaraan. Namun, tiga titik lain masih tertutup material longsor sehingga memerlukan bantuan alat berat dan kerja sama tim gabungan.

Untuk menjawab kebutuhan mendesak warga, BPBD Provinsi NTT mulai menyalurkan logistik melalui jalur laut. Bantuan mencakup ratusan selimut, matras, kasur lipat, paket peralatan masak, hygiene kit, hingga tenda keluarga. Di sisi lain, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengirim tambahan berupa sembako, makanan siap saji, perlengkapan bayi, lampu penerangan, hingga genset dan gergaji mesin untuk mendukung kerja lapangan.

Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB turun langsung memantau kondisi di Nagekeo. Ia memastikan distribusi bantuan berjalan sesuai rencana dan menegaskan kesiapan BNPB menyalurkan dana siap pakai serta menambah logistik jika dibutuhkan. “Prioritas utama kami adalah memastikan kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi selama masa tanggap darurat,” tegasnya.

Meski upaya bantuan terus digencarkan, tantangan besar masih menghadang. Putusnya akses jalan dan jembatan memperlambat penyaluran bantuan. Kondisi ini membuat sebagian warga harus menempuh cara tradisional untuk memindahkan jenazah korban maupun mengakses bantuan, sebagaimana sempat viral ketika warga bergotong royong membawa jenazah melewati jalur terputus.

Banjir bandang Nagekeo sendiri dipicu curah hujan ekstrem pada 7–8 September 2025. Sedikitnya 14 desa di tiga kecamatan Mauponggo, Nangaroro, dan Boawae terdampak. Sejumlah korban jiwa dilaporkan, termasuk seorang balita berusia 13 bulan. Tiga orang lainnya masih dinyatakan hilang.

Selain kehilangan nyawa dan kerusakan infrastruktur, ribuan warga kini harus menghadapi keterbatasan pangan, air bersih, serta tempat tinggal sementara. Trauma dan kecemasan pun menyelimuti warga yang khawatir hujan deras kembali melanda.

Dengan status tanggap darurat dan dukungan penuh dari pemerintah pusat, harapannya penanganan bencana dapat berjalan lebih terkoordinasi. Pemerintah daerah bersama BNPB menargetkan pemulihan kehidupan warga dapat segera terwujud setelah fase darurat berakhir. []

Diyan Febriana Citra.

Berita Daerah Hotnews