YOGYAKARTA – Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan armada transportasi publik kembali terjadi di Sleman. Seorang pejalan kaki berinisial IRT (44), warga Kabupaten Sleman, meninggal dunia setelah tertabrak bus Trans Jogja di simpang tiga Adisutjipto, Jalan Jogja-Solo, Rabu (20/08/2025) pagi.
Peristiwa naas itu terjadi sekitar pukul 05.30 WIB, ketika arus kendaraan di jalur utama penghubung Yogyakarta–Solo masih cukup lengang. Bus Trans Jogja yang dikemudikan oleh SHR (75), warga Sleman, melaju dari arah Kota Yogyakarta menuju Bandara Adisutjipto. Saat bus berbelok ke arah bandara, pada saat yang bersamaan korban sedang menyeberang jalan. Tabrakan pun tak terhindarkan.
Kasi Humas Polresta Sleman, AKP Salamun, membenarkan insiden tersebut. “Tempat kejadian di jalan Jogja-Solo simpang tiga Adisutjipto, Telukan, Maguwoharjo, Sleman,” ujarnya melalui pesan singkat.
IRT sempat dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami patah pada kedua kaki serta luka lecet di bagian dagu. Namun, nyawanya tidak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Menurut AKP Salamun, kasus ini masih dalam penanganan Satlantas Polresta Sleman. “(Soal tabrak lari) Saat ini masih didalami,” ucapnya merespons kabar yang beredar di media sosial.
Kecelakaan ini kembali menimbulkan pertanyaan publik mengenai aspek keselamatan operasional Trans Jogja sebagai moda transportasi umum andalan di DIY. Terlebih, faktor usia pengemudi turut menjadi perhatian. Dengan usia 75 tahun, kemampuan fisik pengemudi dikhawatirkan tidak lagi optimal dalam merespons kondisi jalan yang dinamis.
Pakar transportasi dari UGM, misalnya, kerap menekankan pentingnya pembatasan usia maksimal pengemudi bus umum. Selain itu, kebutuhan pelatihan berkala mengenai keselamatan berkendara juga dinilai mendesak, agar standar pelayanan Trans Jogja tetap terjaga.
Selain soal pengemudi, titik simpang tiga Adisutjipto tempat terjadinya kecelakaan memang dikenal rawan. Jalur tersebut merupakan pertemuan arus kendaraan cepat dari Jalan Jogja-Solo dengan kendaraan yang masuk maupun keluar dari kawasan bandara. Para pejalan kaki pun sering melintas karena akses ke permukiman dan fasilitas umum.
Pemerhati transportasi publik di Yogyakarta menilai, perlindungan bagi pejalan kaki masih sangat minim. Zebra cross yang tersedia tidak selalu diindahkan pengendara, sementara jembatan penyeberangan di kawasan tersebut dianggap kurang memadai dan jarang digunakan.
Kepolisian mengingatkan agar masyarakat lebih berhati-hati saat menyeberang di jalur padat lalu lintas. Di sisi lain, pengemudi bus Trans Jogja maupun moda transportasi lain diminta menjaga konsentrasi penuh saat melintasi area rawan kecelakaan.
“Keselamatan harus menjadi prioritas bersama, baik bagi pengemudi maupun pejalan kaki,” ujar Salamun.
Hingga Rabu siang, bus yang terlibat kecelakaan sudah diamankan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sementara jenazah korban telah diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan.
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa transportasi publik tak hanya soal mobilitas massal, melainkan juga harus mengutamakan keselamatan semua pengguna jalan, termasuk pejalan kaki yang kerap berada di posisi paling rentan. []
Diyan Febriana Citra.