GIANYAR – Musim kemarau yang kerap menjadi tantangan bagi petani sawah di Desa Keliki, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Bali, kini tak lagi menjadi penghalang utama dalam kegiatan bertani. Dalam tiga tahun terakhir, para petani tetap dapat menanam dan memanen padi berkat kehadiran Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang menyuplai air sungai ke lahan pertanian mereka.
Ketua Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Keliki, I Wayan Sumada, menjelaskan bahwa sebelum adanya PLTS, petani kesulitan memperoleh air, terutama untuk kegiatan keagamaan yang rutin dilakukan di area persawahan.
“Sebelum ada PLTS ini, untuk air bersih itu kita bawa dari rumah karena jauh dari jalan, sehingga pada saat ada upacara keagamaan yang memerlukan air bersih dalam jumlah besar, itu kita bawa dari rumah. Termasuk juga listriknya,” ujar Sumada saat ditemui pada Rabu (21/05/2025).
PLTS tersebut merupakan hasil bantuan dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada tahun 2022 sebagai bagian dari program transisi energi bersih. Sebanyak tujuh unit panel surya dengan kapasitas masing-masing 2.500 watt dipasang dan kini mengairi sekitar 500 hektare sawah. Setiap panel mampu melayani irigasi untuk lahan seluas 24 hingga 30 hektare.
Tak hanya untuk pertanian, satu unit PLTS juga digunakan untuk mendukung operasional tempat pengelolaan sampah TPS3R (reuse, reduce, recycle) yang dimiliki desa. Sumada mengungkapkan bahwa keberadaan energi terbarukan ini turut meningkatkan hasil panen padi organik, meski frekuensi panen masih satu kali dalam setahun karena pertimbangan hari baik dan kondisi cuaca.
“Kita di sini belum bisa tiga kali panen setahun karena harus menyesuaikan musim dan hari baik. Pernah kita coba panen dan langsung tanam lagi, tapi hasilnya malah rugi,” tambahnya.
Lebih jauh, PLTS ini juga memberi dampak positif pada sektor pariwisata. Desa Keliki kini dikenal sebagai desa energi bersih dan menarik minat wisatawan mancanegara.
“Tingkat hunian di vila-vila di Desa Keliki meningkat. Mungkin dari segi promosi, ini mampu meningkatkan kunjungan wisatawan,” kata Sumada.
Analis dari Institute for Essential Services Reform (IESR), Alvin Sisdwinugraha, menilai Desa Keliki sebagai contoh keberhasilan pemanfaatan energi terbarukan di tingkat komunitas. Ia berharap model ini dapat direplikasi oleh desa lain untuk mendukung target Bali Net Zero Emission (NZE) 2045.
“Pengembangan energi terbarukan di level komunitas dapat diperkuat dengan keterlibatan pihak swasta. Dengan kolaborasi yang sinergis, transisi energi berkelanjutan di Bali akan semakin cepat,” ungkap Alvin.
Inisiatif Desa Keliki ini menegaskan bahwa energi bersih tidak hanya menjadi solusi lingkungan, tetapi juga membuka peluang kemajuan ekonomi dan budaya bagi masyarakat lokal. []
Diyan Febriana Citra.