PMI Kerahkan Tim Mobile Clinic Perkuat Layanan Kesehatan di Aceh

PMI Kerahkan Tim Mobile Clinic Perkuat Layanan Kesehatan di Aceh

Bagikan:

ACEH — Palang Merah Indonesia (PMI) memperkuat respons kemanusiaan di wilayah terdampak banjir dan longsor di Provinsi Aceh dengan mengerahkan Tim Mobile Clinic. Langkah ini diambil untuk memastikan layanan kesehatan tetap berjalan optimal bagi masyarakat yang terdampak bencana, khususnya pada fase lanjutan penanganan darurat.

Pengiriman Tim Mobile Clinic menjadi bagian dari strategi PMI dalam menjangkau wilayah-wilayah yang mengalami keterbatasan akses layanan kesehatan pascabencana. Tim ini terdiri atas tenaga medis dan nonmedis dengan latar belakang keahlian beragam, mulai dari dokter, perawat, bidan, koordinator lapangan, hingga personel dukungan psikososial. Kehadiran mereka diharapkan dapat meringankan beban fasilitas kesehatan setempat yang mengalami lonjakan pasien sejak bencana terjadi.

Dalam keterangan resminya, PMI menjelaskan bahwa pengiriman personel dilakukan secara bertahap. Pengiriman pertama berasal dari RS PMI Bogor yang berangkat pada Jumat dini hari (12/12/2025) melalui jalur udara. Selanjutnya, dukungan tambahan diberangkatkan dari PMI Solo, PMI Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), PMI Kabupaten Bantul, serta PMI Provinsi Banten pada Sabtu (13/12/2025). Pengiriman bertahap ini disesuaikan dengan kebutuhan lapangan dan kesiapan logistik.

Secara keseluruhan, jumlah personel yang dikerahkan mencapai 25 orang. Tim tersebut terdiri atas lima dokter, sepuluh perawat, empat bidan, empat koordinator, serta dua personel dukungan psikososial (PSP). Setiap unsur memiliki peran penting, baik dalam pelayanan medis langsung maupun dalam koordinasi dan pemulihan kondisi psikologis penyintas bencana.

Tim Mobile Clinic juga dilengkapi dengan berbagai peralatan medis dasar yang dibutuhkan untuk penanganan kasus di lapangan. Peralatan tersebut meliputi stetoskop, tensimeter, termometer, hecting set untuk penanganan luka jahit, serta tas pertolongan pertama. Selain itu, obat-obatan yang dibawa difokuskan untuk menangani penyakit yang paling banyak ditemukan di lokasi terdampak, seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), diare, penyakit kulit, gatal-gatal, demam, dan flu.

Berdasarkan data Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan per 10 Desember 2025, dampak bencana di Aceh telah memicu ribuan kasus gangguan kesehatan. Tercatat, ISPA mencapai 4.727 kasus, penyakit kulit sebanyak 4.199 kasus, diare 761 kasus, flu 694 kasus, dan demam 188 kasus. Data tersebut menjadi salah satu dasar PMI dalam menentukan prioritas layanan kesehatan di lapangan.

Sekretaris Jenderal PMI A.M. Fachir menyampaikan bahwa penguatan tenaga kesehatan dari luar wilayah Sumatera menjadi kebutuhan mendesak pada fase penanganan saat ini. Menurutnya, tenaga kesehatan lokal telah bekerja maksimal sejak awal bencana.

“Pada awal respons, kami memaksimalkan tenaga kesehatan lokal di Pulau Sumatera. Namun kini sudah memasuki minggu ketiga setelah bencana dan banyak tenaga lokal mulai kelelahan. Karena itu, saatnya kami mengerahkan tenaga kesehatan dari luar Sumatera, terutama dari lokasi-lokasi terdekat,” ujar Fachir.

Tim Mobile Clinic PMI dijadwalkan bertugas selama 14 hingga 21 hari di tiga wilayah terdampak utama, yakni Aceh Tamiang, Pidie Jaya, dan Aceh Utara. Selama periode tersebut, tim akan memberikan layanan kesehatan, dukungan psikososial, serta edukasi kesehatan kepada masyarakat.

Hingga Jumat (12/12/2025), PMI telah mencatat capaian layanan yang cukup signifikan. Sebanyak 2.701 jiwa menerima layanan kesehatan, 2.318 jiwa memperoleh dukungan psikososial, dan 1.225 jiwa mendapatkan layanan promosi kesehatan. Capaian ini menunjukkan komitmen PMI dalam mendampingi masyarakat terdampak bencana hingga tahap pemulihan. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Berita Daerah Hotnews