SUMEDANG – Peristiwa keracunan massal yang menimpa ratusan santri di Pesantren Nuurush Sholaah, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, mendapat perhatian serius dari aparat kepolisian. Untuk memastikan penyebab kejadian tersebut, Kepolisian Resor (Polres) Sumedang menurunkan tim Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (INAFIS) guna melakukan pemeriksaan lanjutan, termasuk pengujian laboratorium terhadap sampel makanan.
Insiden ini terjadi setelah para santri mengikuti kegiatan pengajian pada Jumat (19/12/2025) malam. Berdasarkan data sementara, sebanyak 116 santri mengalami keluhan kesehatan dengan gejala yang hampir seragam. Aparat kepolisian bersama tenaga medis bergerak cepat melakukan penanganan untuk mencegah dampak yang lebih luas.
Kapolsek Cimanggung, Kompol Aan Supriatna, menjelaskan bahwa dugaan awal mengarah pada makanan katering yang dikonsumsi saat kegiatan pengajian berlangsung.
“Para Santri ini keracunan setelah melaksanakan menggelar acara pengajian di malam Jumat kemarin sehingga Polres Sumedang menurunkan tim dari INAFIS untuk pengecekan laboratorium,” ujarnya Sabtu (20/12/2025) dini hari.
Dari total 116 santri yang terdampak, sebanyak 61 orang harus dirujuk ke sejumlah rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif. Sementara itu, santri lainnya mendapatkan penanganan medis di lingkungan pesantren. Gejala yang dialami para korban antara lain mual, pusing, dan demam, yang muncul beberapa waktu setelah mengonsumsi makanan.
“Jadi sampai saat ini, terhitung kurang lebih 116 santri mengalami keracunan. Dari jumlah tersebut, 61 orang telah dirujuk ke rumah sakit, sementara sisanya sudah ditangani di lingkungan pesantren,” jelasnya.
Pihak kepolisian juga menegaskan bahwa peristiwa ini tidak ada kaitannya dengan program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG). Klarifikasi ini disampaikan untuk menghindari kesalahpahaman di tengah masyarakat, mengingat program tersebut tengah menjadi sorotan publik di berbagai daerah.
“Saya yakin ini bukan dari MBG karena pesantren ini memang tidak menerima makanan dari program tersebut,” tambahnya.
Berdasarkan keterangan sementara, menu makanan yang dikonsumsi para santri pada malam kejadian terdiri atas nasi, kentang kering, telur pedas, sambal, serta ayam. Seluruh makanan tersebut diketahui berasal dari jasa katering yang beroperasi di wilayah Cikancung. Sampel makanan dan bahan baku kini telah diamankan untuk keperluan pemeriksaan laboratorium.
Langkah penurunan tim INAFIS dilakukan guna memastikan penyebab pasti keracunan, apakah berasal dari bahan makanan, proses pengolahan, atau faktor lain yang berpotensi membahayakan kesehatan. Hasil uji laboratorium diharapkan dapat memberikan kepastian sekaligus menjadi dasar penanganan lanjutan.
Polres Sumedang juga mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak berspekulasi terkait insiden ini. Aparat meminta warga tidak menyebarkan informasi yang belum terverifikasi karena dapat menimbulkan keresahan.
Hingga kini, kondisi para santri yang dirawat dilaporkan berangsur membaik. Pihak pesantren bekerja sama dengan aparat kepolisian dan dinas terkait untuk memastikan seluruh korban mendapatkan penanganan yang layak, serta mencegah kejadian serupa terulang di kemudian hari. []
Diyan Febriana Citra.

