LEBONG – Suasana panik menyelimuti sejumlah sekolah di Kabupaten Lebong, Bengkulu, setelah ratusan siswa tingkat sekolah dasar (SD) dan taman kanak-kanak (TK) mengalami gejala keracunan massal. Insiden ini terjadi usai mereka menyantap menu makanan bergizi gratis (MBG) yang dibagikan pihak sekolah pada Rabu (27/08/2025).
Informasi yang dihimpun, sekitar 150 anak diduga keracunan setelah mengonsumsi paket makanan yang berisi bakso, sayuran, jagung, sawi, wortel, mi kuning, dan tahu. Makanan tersebut dibagikan sekitar pukul 09.00 WIB di SD IT Al-Azhar Sukabumi, Lebong. Tidak lama setelah disantap, sejumlah siswa mulai merasakan sakit perut, mual, pusing, hingga sesak napas. Beberapa anak bahkan sempat pingsan.
Gejala serupa juga dilaporkan terjadi di beberapa sekolah lain, antara lain TK Halak Mulia Sukabumi, TK Az-Zahra, dan SD Muhammadiyah Ujung Tanjung. Ratusan siswa segera dilarikan ke RSUD Lebong dan sejumlah puskesmas untuk mendapatkan penanganan medis. Kondisi rumah sakit sempat dipenuhi oleh para orang tua yang panik dan berbondong-bondong membawa anak mereka ke ruang gawat darurat. Situasi di IGD menjadi penuh sesak karena lonjakan pasien.
Menanggapi kejadian ini, Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lebong, Fachrurozi, mengaku belum mengetahui adanya kegiatan pembagian MBG di sekolah-sekolah wilayahnya.
“Saya tidak tahu menahu terkait adanya pembagian makan bergizi gratis untuk sekolah-sekolah di wilayah ini,” ujarnya, Rabu (27/08/2025).
Sementara itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Lebong bersama aparat terkait sudah mengambil langkah penyelidikan untuk memastikan penyebab pasti keracunan massal tersebut. Tim medis telah mengumpulkan sampel makanan yang diduga menjadi sumber masalah untuk diperiksa di laboratorium. Hasil uji laboratorium akan menjadi penentu apakah keracunan disebabkan oleh pengolahan makanan yang tidak higienis, kontaminasi bahan, atau faktor lainnya.
Kasus keracunan massal ini menjadi perhatian serius pemerintah daerah, mengingat program MBG seharusnya menjadi upaya mendukung gizi anak, bukan sebaliknya menimbulkan ancaman kesehatan. Para orang tua berharap kejadian serupa tidak terulang, dan meminta pihak sekolah lebih ketat dalam mengawasi penyediaan makanan untuk siswa.
Hingga kini, sebagian besar siswa sudah mendapat perawatan intensif dan kondisi mereka mulai membaik. Namun, proses investigasi tetap berjalan untuk memastikan kejadian ini tidak lagi terulang di masa mendatang. []
Diyan Febriana Citra.

