NIAS SELATAN – Ketimpangan akses pendidikan di wilayah terpencil kembali mengemuka saat Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara. Dalam dialog langsung dengan siswa SMKN 1 Boronadu, Wapres mendengar kesaksian tentang perjuangan pelajar yang harus menantang derasnya arus Sungai Gomo demi bisa bersekolah setiap hari. Kisah tersebut mencerminkan realitas berat yang masih dihadapi sebagian anak bangsa dalam mengakses pendidikan dasar.
Momen itu terjadi ketika Gibran berdialog dengan para siswa di SMKN 1 Boronadu pada Minggu (21/12/2025). Para pelajar menceritakan bahwa mereka tetap berangkat ke sekolah meskipun harus menyeberangi sungai yang kerap meluap, terutama saat musim hujan. Sungai Gomo selama ini menjadi satu-satunya jalur penghubung bagi warga dan siswa dari sejumlah desa menuju sekolah dan pusat aktivitas lainnya.
“Ini yang berdiri di depan ini tiap hari menyeberang sungai?” tanya Wapres kepada para siswa.
“Iya (setiap hari menyeberangi sungai), Pak,” jawab siswa.
Gibran kemudian menggali lebih jauh pengalaman para pelajar tersebut dalam menjalani rutinitas berangkat sekolah. “Basah-basahan yang cowok-cowok juga? Sepatu dilepas dulu? Seragam basah?,” tanya Gibran kembali yang kemudian disambut anggukan dari para siswa. Cerita itu menggambarkan bahwa perjalanan menuju sekolah bukan sekadar aktivitas harian, melainkan perjuangan fisik yang sarat risiko keselamatan.
Sebelum berdialog dengan para siswa, Wapres terlebih dahulu meninjau lokasi rencana pembangunan jembatan gantung di Sungai Gomo, tepatnya di Desa Sifalago Gomo. Peninjauan tersebut dilakukan untuk melihat langsung kondisi lapangan sekaligus memastikan kebutuhan infrastruktur yang selama ini dinantikan warga. Sungai Gomo diketahui menjadi jalur vital bagi masyarakat setempat, termasuk para siswa SMKN 1 Boronadu yang harus melintasinya setiap hari.
Pada musim hujan, debit air Sungai Gomo kerap meningkat drastis sehingga arus menjadi sangat deras. Kondisi ini tidak hanya membahayakan keselamatan warga, tetapi juga berpotensi mengisolasi sejumlah desa apabila sungai tidak dapat diseberangi. Dampaknya, aktivitas pendidikan, ekonomi, dan layanan sosial menjadi terganggu.
Dalam kesempatan itu, Wapres menegaskan bahwa pembangunan jembatan gantung sepanjang kurang lebih 40 meter merupakan kebutuhan mendesak bagi masyarakat setempat.
“Pembangunan jembatan gantung Sungai Gomo merupakan kebutuhan mendesak untuk menjamin keselamatan warga, sekaligus meningkatkan akses pendidikan dan aktivitas ekonomi masyarakat,” kata Gibran.
Ia juga menyoroti dampak langsung ketiadaan jembatan terhadap kelangsungan pendidikan. “Ada sekitar 60 persen siswa SMKN 1 Boronadu yang berada di seberang jembatan, dan jika sungai meluap, ada sekitar 4 desa yang akan terisolir,” katanya. Kondisi tersebut, menurut Wapres, tidak boleh dibiarkan berlarut-larut karena menyangkut masa depan generasi muda di wilayah tersebut.
Oleh karena itu, Gibran meminta agar rencana pembangunan jembatan segera ditindaklanjuti secara terintegrasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait.
“Saya telah meminta rencana pembangunan jembatan tersebut segera ditindaklanjuti secara terpadu dengan memperhatikan kondisi geografis dan aspek keselamatan, sehingga kehadiran negara benar-benar dirasakan masyarakat,” kata dia.
Kunjungan ini menegaskan komitmen pemerintah untuk memperkecil kesenjangan infrastruktur, khususnya di daerah terpencil, agar akses pendidikan dan keselamatan warga dapat terjamin secara berkelanjutan. []
Diyan Febriana Citra.

