Speedboat Pemain Bola Terbalik di Laut Batam

Speedboat Pemain Bola Terbalik di Laut Batam

BATAM – Kecelakaan laut kembali mengguncang wilayah perairan Kepulauan Riau. Sebuah speedboat yang membawa rombongan pemain sepak bola muda dari Pulau Nenek mengalami kecelakaan dan tenggelam di Perairan Sepah, Pulau Setokok, Kecamatan Bulang, Kota Batam, pada Rabu sore (25/06/2025). Tragedi ini menjadi sorotan publik karena menyangkut keselamatan transportasi laut antarpulau yang kerap diabaikan.

Kapal kecil tersebut diketahui mengangkut 13 pemain bola yang hendak mengikuti turnamen sepak bola antarpulau di Setokok. Sayangnya, kapal diduga kelebihan muatan dan tak mampu menahan guncangan ombak yang cukup tinggi. Camat Bulang, Ramadhan, membenarkan bahwa kapal tersebut memang melebihi kapasitas ideal.

“Mereka pakai speedboat kecil, maksimal muatannya hanya lima sampai enam orang. Dugaan sementara kapal tenggelam akibat overcapacities,” jelasnya.

Kecelakaan terjadi sekitar pukul 16.00 WIB, dan upaya penyelamatan langsung digerakkan oleh tim SAR gabungan. Kepala Basarnas Batam, Dedius, menyampaikan bahwa hingga malam hari pukul 21.03 WIB, sepuluh dari tiga belas korban berhasil ditemukan dalam kondisi selamat. Enam di antaranya selamat sejak awal dengan berenang ke daratan atau diselamatkan warga sekitar, sementara empat lainnya ditemukan malam hari dalam kondisi lemas.

“Mereka bertahan dengan cara berpegangan pada badan kapal yang terbalik selama berjam-jam,” terang Dedius.

Adapun empat korban yang ditemukan malam itu adalah Tepok, Damar, Maher, dan Amirul. Mereka langsung dievakuasi ke tempat aman dan mendapat penanganan medis. Tiga lainnya Fir, Pai, dan Papat hingga kini masih dalam pencarian.

Basarnas mengerahkan berbagai peralatan canggih seperti rubber boat, alat pendeteksi bawah air (Aquaeye), drone thermal, serta alat komunikasi lengkap. Personel dari TNI AL, Polairud, BP Batam, dan warga juga dilibatkan dalam operasi pencarian yang masih berlanjut hingga Kamis (26/06/2025) pagi.

Tragedi ini membuka kembali diskusi publik tentang keselamatan transportasi laut antarpulau, khususnya di wilayah yang kerap bergantung pada kapal kecil untuk mobilitas masyarakat. Kapal yang tenggelam tersebut digunakan tanpa perlengkapan keselamatan standar, seperti pelampung atau alat komunikasi darurat.

“Kondisi cuaca saat itu cukup buruk, gelombang mencapai satu meter dan hujan ringan,” ungkap Dedius.

Pihak keluarga korban yang belum ditemukan terus berkumpul di posko pencarian, baik di Pulau Setokok maupun pesisir Bulang. Mereka berharap upaya tim penyelamat dapat membuahkan hasil positif.

Insiden ini menjadi peringatan serius bagi semua pihak, mulai dari pemerintah daerah hingga operator transportasi, untuk lebih disiplin dalam penerapan standar keselamatan laut. []

Diyan Febriana Citra.

Berita Daerah Hotnews